REPUBLIKA.CO.ID, JENEWA -- Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) mengumumkan, 28 orang stafnya telah meninggal dunia karena terinfeksi virus korona jenis baru atau Covid-19. Direktur Layanan Informasi PBB Alessandra Vellucci mengatakan 28 orang yang meninggal dunia tersebut termasuk di antara 1.140 staf yang positif tertular Covid-19 pada 21 Juni.
PBB tidak memberikan informasi lanjutan terkait staf yang meninggal dunia tersebut. Virus corona mulai menyebar pada Desember 2019 di Wuhan, China. Penyebaran Covid-19 kemudian semakin meluas hingga ke 188 negara dan wilayah.
Johns Hopkins University mencatat, jumlah kasus infeksi virus corona di seluruh dunia mencapai lebih dari 9,18 juta. Sementara 4,6 juta pasien telah dinyatakan sembuh.
Pandemi virus corona masih terus berlangsung di sejumlah negara, meski sebagian besar negara-negara Eropa telah mencabut pembatasan sosial. WHO menyatakan, kasus virus corona melonjak di beberapa negara besar secara bersamaan. Selain itu, tingkat peningkatan yang mengkhawatirkan telah terjadi di Amerika Latin, terutama Brasil.
"Tentu saja jumlahnya meningkat karena epidemi berkembang di sejumlah negara pada saat yang sama dan di seluruh dunia," ujar Kepala Kedaruratan WHO Mike Ryan.
Sejumlah negara yang terkena dampak parah seperti China, Korea Selatan, dan Amerika Serikat melaporkan kasus baru bahkan mulai menghadapi gelombang kedua. Ryan mengatakan peningkatan kasus kemungkinan disebabkan oleh uji virus corona yang ditingkatkan di sejumlah negara.
"Beberapa peningkatan itu mungkin disebabkan oleh peningkatan pengujian dan tentu saja negara-negara seperti India menguji lebih banyak. Tetapi kami tidak percaya bahwa ini adalah fenomena pengujian," ujar Ryan.
Ryan menyebut lonjakan kasus Covid-19 terjadi di Cile, Argentina, Kolombia, Panama, Bolivia, Guatemala, dan Brasil. Sementara, Amerika Serikat mencatat rekor 54 ribu kasus dalam 24 jam. Menurut Ryan, lonjakan kasus di Brasil kemungkinan terjadi akibat perubahan dalam sistem pelaporan.
Ryan menyebut virus corona tidak hanya menyebabkan kematian bagi penduduk dengan usia rentan yakni manula. Dalam beberapa laporan, virus tersebut juga telah menyerang penduduk usia muda yang lebih banyak bergerak bebas ketika kebijakan lockdown dilonggarkan.