REPUBLIKA.CO.ID, SURABAYA -- Ketua Dewan Pengurus Wilayah Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) Jawa Timur Prof Nursalam mengungkapkan ada dua orang perawat di Surabaya yang meninggal dunia setelah terpapar Covid-19.
"Hari ini ada dua perawat yang meninggal di Surabaya. Satu perawat dari Rumah Sakit Gotong Royong Surabaya, meninggalnya di RSAL (Rumah Sakit TNI Angkatan Laut) tadi pagi sekitar jam 03.00 WIB. Satu lagi perawat pembimbing di Rumah Sakit RKZ. Meninggal siang tadi meninggal di Rumah Sakit RKZ Surabaya," ujar Nursalam dikonfirmasi di Surabaya, Rabu (24/6) petang.
Nursalam mengatakan untuk perawat yang bekerja di RS Gotong Royong Surabaya, bernama Vivitra. Perawat ini masuk ke RSAL dr Ramelan Surabaya sekitar pertengahan Juni 2020 akibat terpapar corona dan dalam keadaan hamil delapan bulan.
"Pada 22 (Juni) dioperasi, bayinya dilahirkan dengan sectio. Anak laki-laki dan juga positif Covid-19. Kemudian hari ini tadi (ibunya) meninggal," katanya.
Bayi yang juga terpapar corona tersebut saat ini masih menjalani perawatan intensif di RSAL dr Ramelan Surabaya. Nursalam juga mengungkapkan kondisi bayi dari anak perawat yang meninggal akibat corona itu belum stabil, bahkan dalam keadaan kritis.
"Kondisi bayinya pakai ventilator anak-anak gitu. Jadi, ya, kondisinya kritis juga di ruang NICU, ruang intensifnya untuk bayi," kata Nursalam.
PPNI mengimbau pihak rumah sakit atau pemerintah daerah melakukan pemeriksaan secara masif dan berkala terhadap para perawat, yakni dengan melakukan tes usap PCR rutin setiap tujuh hingga 10 hari, terutama perawat yang turut menangani pasien Covid-19.
"Jadi, dari 124 perawat yang terpapar itu, 60 persennya perawat di Puskesmas. Bertugasnya tidak di ICU, jadi yang kemarin tujuh meninggal itu rata-rata di poliklinik," tuturnya.