Kamis 25 Jun 2020 14:10 WIB

Kepada Jokowi, Khofifah Keluhkan Kesadaran Masyarakat

Kesadaran masyarakat Surabaya Raya untuk menerapkan protokol kesehatan masih rendah.

Rep: Dadang Kurnia/ Red: Ratna Puspita
Gubernur Jawa Timur, Khofifah Indar Parawansa
Foto: Rilis
Gubernur Jawa Timur, Khofifah Indar Parawansa

REPUBLIKA.CO.ID, SURABAYA -- Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa mengeluhkan rendahnya kesadaran masyarakat Surabaya Raya untuk menerapkan protokol kesehatan dalam upaya memutus mata rantai penyebaran Covid-19. Curhatan tersebut disampaikan ke Presiden Joko Widodo, saat berkunjung ke Gedung Negara Grahadi, Surabaya, Kamis (25/6).

Di hadapan Jokowi, Khofifah memaparkan hasil survei Fakultas Kesehatan Masyarakat (FKM) Universitas Airlangga (Unair). Hasil survei menunjukkan, tingkat kepatuhan masyarakat Surabaya Raya di tempat ibadah masih rendah. 

Baca Juga

Di mana, 70 persen di antaranya masih enggan mengenakan masker dan tidak menjaga jarak sebesat 84 persen. "Kemudian di pasar tradisional, masyarakat yang tidak menggunakan masker 84 persen. Tidak physical distancing 89 persen. Ada juga di tempat tongkrongan, 88 persen tidak bermasker, 89 persen tidak jaga jarak. Ini hasil dari IKA FKM Unair," ujar Khofifah.

Khofifah mengatakan, rendahnya tingkat kepatuhan masyarakat Surabaya Raya ini membuat pihaknya kesulitan mengendalikan penyebaran Covid-19. Di mana rate of transmission (RT) atau tingkat penularan di Surabaya Raya sempat berada di bawah angka 1, kembali naik setelah pembatasan sosial berskala besar (PSBB) berakhir.

"Kami sempat mendapatkan kebahagiaan ketika tanggal 9 Juni (satu hari setelah PSBB Surabaya Raya berakhir) sebetulnya rate of transmission di Jawa Timur sudah 0,86 persen, tapi kemudian ada kenaikan kembali pada tanggal 24 kemarin menjadi 1,08 persen," ujar Khofifah.

Khofifah melanjutkan, RT di Kota Surabaya juga sempat berada di bawah satu, meskipun hanya bertahan enam hari. Kemudian di Sidoarjo, angka RT di bawah satu hanya bertahan delapan hari, dan di Gresik bertahan enam hari. 

Angka RT di bawah satu, tidak bisa dipertahankan sampai 14 hari sesuai standar WHO dan Bappenas, yang artinya belum bisa menerapkan tatanan normal baru atau new normal.

Khofifah berpendapat, kembali meningkatnya tingkat penularan tidak lepas dari kegiatan kunjungan masyarakat saat Lebaran. Meskipun Pemprov Jatim mengimbau untuk tidak dulu menggelar silaturahim, Khofifah mengakui sulit untuk mengendalikan masyarakat di hari Lebaran tersebut.

"Tetapi kemudian imbauan kami pada saat Lebaran supaya silaturahim secara virtual dan seterusnya, itu tidak mudah untuk mengajak masyarakat halal bi halalnya nanti secara digital saja. Ternyata dianggap kurang afdol," ujar Khofifah. 

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement