REPUBLIKA.CO.ID, MOSKOW -- Pemerintah Rusia menyatakan siap membantu Palestina dan Israel melakukan negosiasi langsung. Hal itu disampaikan sehubungan dengan rencana Israel mencaplok sebagian wilayah Tepi Barat.
Saat berpartisipasi dalam pertemuan virtual Dewan Keamanan PBB pada Rabu (24/6), Duta Besar Rusia untuk PBB Vassily Nebenzia mengungkapkan, pencaplokan sebagian wilayah Palestina akan berdampak negatif pada dialog Israel-Palestina. Di sisi lain, hal itu pun dapat meningkatkan ketegangan di kawasan.
"Hari ini, kerja sama internasional lebih penting daripada sebelumnya untuk maju dalam proses perdamaian. Sebagai anggota Kuaret (Internasional), Rusia siap untuk membuat langkah yang mungkin guna memulai pembicaraan langsung antara Israel dan Palestina," kata Nebenzia dikutip laman kantor berita Rusia TASS.
Dalam pertemuan tersebut, Sekretaris Jenderal Liga Arab Ahmed Aboul Gheit memperingatkan pencaplokan sebagian wilayah Tepi Barat oleh Israel dapat mengobarkan ketegangan dan membahayakan perdamaian di Timur Tengah (Timteng). Aksi itu pun berpotensi memicu perang agama, baik di dalam maupun di luar kawasan Timteng.
"Konsekuensi yang lebih luas pada keamanan internasional di seluruh dunia. Jika diimplementasikan, rencana pencaplokan Israel tidak hanya akan merusak peluang perdamaian hari ini, tapi juga akan menghancurkan prospek perdamaian di masa mendatang," kata Gheit.
Dia menjelaskan, ketika Israel mencaplok Tepi Barat, Palestina akan kehilangan kepercayaan pada solusi yang dinegosiasikan. Jika situasinya demikian, Gheit khawatir negara-negara Arab pun akan kehilangan minat pada perdamaian regional. Hasilnya konflik-konflik baru bermunculan di kawasan.
Israel berencana mencaplok sebagian wilayah Tepi Barat pada 1 Juli mendatang. Hal itu sejalan dengan rencana perdamaian Timur Tengah yang disusun pemerintahan Presiden Amerika Serikat Donald Trump. Israel telah menyatakan tidak akan mengakui negara Palestina sebagai bagian dari rencana aneksasi tersebut.