Kamis 25 Jun 2020 19:00 WIB

Tak Ada Kepastian Pasar, Target Bulog Sulit Tercapai?

Program bantuan pangan sudah tak lagi dipasok oleh Bulog sendiri.

Rep: Dedy Darmawan Nasution/ Red: Nidia Zuraya
Direktur Utama Bulog Budi Waseso.
Foto: Republika/Thoudy Badai
Direktur Utama Bulog Budi Waseso.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Direktur Utama Perum Bulog, Budi Waseso, mengatakan, pihaknya masih terus mengupayakan agar target penyerapan gabah petani dan pengadaan beras bisa mencapai target. Tahun ini, Bulog menargetkan total pengadaan beras sebanyak 1,4 juta ton.

Budi mengatakan, hingga saat ini rata-rata penyerapan gabah dari petani sekitar 10 ribu ton per hari. Ia mengklaim masih terjadi panen raya di sejumlah daerah.

Baca Juga

Panen tersebut kemungkinan berakhir pada Juli mendatang. Adapun sejauh ini pengadaan beras yang dilakukan Bulog telah mencapai 642 ribu ton.

"Selama produksi gabah mumpuni kita bisa (capai). Tapi juga harus ada kepastian penyaluran beras di hilirnya. Tanpa itu kita ya tidak bisa," kata Budi saat ditemui di kompleks parlemen, Jakarta, Kamis (25/6).

Ia mengatakan, selama terdapat produksi gabah, Bulog akan terus berupaya membelinya dengan harga yang sudah diatur pemerintah. Namun, Bulog tak bisa sekadar melakukan penyerapan tanpa memperhitungkan ruang penyaluran beras tersebut. Pasalnya, mayoritas beras yang diproduksi Bulog merupakan cadangan beras pemerintah (CBP) yang kini tak jelas penggunaannya.

Ketidakjelasan itu karena program bantuan pangan sudah tak lagi dipasok oleh Bulog sendiri. Melainkan dari berbagai perusahaan swasta. Sementara, beras tersebut tak bisa diperjual belikan secara komersial dan harus seizin pemerintah.

Dampak buruk dari sistem tersebut yakni kualitas beras yang menurun bahkan berujung pada disposal beras. Hal itu tentu merugikan Bulog maupun pemerintah sendiri.

"Kita tetap upayakan membeli gabah dengan harga pembelian pemerintah Rp 4.200 per kilogram. Harga itu di beberapa wilayah sudah memadai," kata dia.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
وَمَا تَفَرَّقُوْٓا اِلَّا مِنْۢ بَعْدِ مَا جَاۤءَهُمُ الْعِلْمُ بَغْيًاۢ بَيْنَهُمْۗ وَلَوْلَا كَلِمَةٌ سَبَقَتْ مِنْ رَّبِّكَ اِلٰٓى اَجَلٍ مُّسَمًّى لَّقُضِيَ بَيْنَهُمْۗ وَاِنَّ الَّذِيْنَ اُوْرِثُوا الْكِتٰبَ مِنْۢ بَعْدِهِمْ لَفِيْ شَكٍّ مِّنْهُ مُرِيْبٍ
Dan mereka (Ahli Kitab) tidak berpecah belah kecuali setelah datang kepada mereka ilmu (kebenaran yang disampaikan oleh para nabi) karena kedengkian antara sesama mereka. Jika tidaklah karena suatu ketetapan yang telah ada dahulunya dari Tuhanmu (untuk menangguhkan azab) sampai batas waktu yang ditentukan, pastilah hukuman bagi mereka telah dilaksanakan. Dan sesungguhnya orang-orang yang mewarisi Kitab (Taurat dan Injil) setelah mereka (pada zaman Muhammad), benar-benar berada dalam keraguan yang mendalam tentang Kitab (Al-Qur'an) itu.

(QS. Asy-Syura ayat 14)

Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement