REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pakar epidemiologi dari Fakultas Kesehatan Masyarakat (FKM) Universitas Airlangga (Unair) Laura Navika Yamani menilai ada beberapa penyebab tingginya kasus virus corona SARS-CoV2 (Covid-19) di Jawa Timur (Jatim) dan menyaingi Jakarta dalam beberapa hari terakhir. Di antaranya banyaknya spesimen yang dites hingga masyarakat yang masih abai dengan protokol kesehatan.
Laura menilai, pemerintah Jatim, baik pemerintah provinsi maupun pemerintah kota dalam sepekan terakhir sedang menggalakkan pemeriksaan. "Jadi pemerintah testing secara masif, kemudian melakukan tracing secara agresif untuk menemukan kasus-kasus sedang beredar di masyarakat. Memang setelah ditelusuri ternyata banyak kasus orang tanpa gejala (OTG) termasuk di Surabaya," ujarnya saat dihubungi Republika.co.id, Kamis (25/6).
Ia menilai Pemerintah Provinsi (Pemprov) Jatim, termasuk Pemerintah Kota Surabaya yang wilayahnya menyumbang 60 persen kasus total di provinsi ini sudah berusaha secara maksimal. Sebab, kasus positif Covid-19 di Jatim tidak akan tinggi kalau pemeriksaan tidak banyak dilakukan.
Ia berharap pemeriksaan bisa dilakukan secara masif untuk menjaring kasus positif baru dan segera ditangani. Kemudian, jumlah kasus baru selanjutnya diharapkan bisa menurun.
Lebih lanjut ia menyebutkan, tren angka positif kasus bisa dilihat dalam dua pekan mendatang. Karena itu, ia meminta pemerintah daerah terus memantau situasi perkembangan jumlah spesimen di daerahnya yang telah diuji dan hasil pemeriksaan yang positif.
Selain tes masif, tingginya kasus di Jatim juga disebabkan oleh masih rendahnya kedisiplinan masyarakat yang menerapkan protokol kesehatan. Apalagi, warga Jatim, khususnya Surabaya terkenal memiliki sikap bonek, tidak terlalu takut dengan pandemi virus ini. Apalagi, penerapan protokol kesehatan sulit diterapkan di Indonesia karena masyarakat di Tanah Air suka berkumpul dan itu menjadi budaya.
"Untuk mengubah budaya itu sangat sulit dan mungkin masyarakat kurang memiliki pemahaman pentingnya protokol kesehatan pada masa pandemi ini. Padahal satu-satunya jalan yang bisa dilakukan untuk memutus mata rantai penularan Covid-19 ini ya dengan menerapkan protokol kesehatan, apalagi vaksin dan obat Covid-19 kan?" Ujarnya.
Terkait tingginya kasus di Jatim akibat pengaruh arus balik Lebaran, ia menyebutkan itu bisa jadi salah satu faktor. Sebab, dia melanjutkan, sesaat sebelum Lebaran, Presiden Joko Widodo mengeluarkan imbauan larangan mudik.
"Jadi mungkin ada kecolongan warga atau masyarakat yang mudik, tetapi tidak banyak jumlahnya," ujarnya.