REPUBLIKA.CO.ID, TASIKMALAYA -- Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Tasikmalaya terus melakukan koordinasi agar penanganan jembatan yang terputus di Kecematan Cikatomas dapat dilakukan dengan cepat. Pihaknya telah berkomunikasi dengan Pemerintah Provinsi (Pemprov) Jawa Barat (Jabar) untuk meminjam jembatan bailey.
Kepala Pelaksana BPBD Kabupaten Tasikmalaya, Nuraedidin mengatakan, Bupati Tasikmalaya telah berkirim surat dengan Gubernur Jabar untuk meminjam jembatab bailey tersebut. Jembatan itu akan digunakan sebagai akses darurat warga berlalu lintas.
"Namun panjangnya harus disesuaikan. Itu kan panjangnya 40 meter," kata dia sata dihubungi Republika.co.id, Kamis (25/6).
Ia berharap, pemasangan jembatan bailey di lokasi itu dapat dilakukan dengan cepat. Namun, menurut dia, untuk pemasangannya harus terlebih dahulu diurus oleh Dinas PUPR Kabupaten Tasikmalaya.
Sementara itu, Kepala Dinas PUPR Kabupaten Tasikmalaya, Yusef Yustusiawandana mengatakan, saat ini masih dalam kondisi tanggap darurat bencana di wilayah itu. Karenannya, penanganannya masih di bawah kewenangan BPBD.
"Tapi untuk penanganan pascanya, kita sudah usulkan ke pihak propinsi (meminjam jembatan bailey)," kata dia.
Menurut dia, pemasangan jembatan bailey juga tak bisa dilakukan dengan cepat. Untuk sementara, jembatan darurat bisa dibuat sambil menunggu realisasi pemasangan jembatan bailey.
Sebelumnya, Komando Distrik Militer (Kodim) 0612/Tasikmalaya berencana membuatkan jembatan darurat di Kecamatan Cikatomas, Kabupaten Tasikmalaya. Jembatan itu untuk menghubungkan akses antar-Desa Cayur dan Desa Sindangasih, setelah sebelumnya jembatan permanen di wilayah itu terputus akibat banjir bandang yang terjadi pada Jumat (19/6).
Komandan Kodim (Dandim) 0612/Tasikmalaya, Letkol Inf Imam Wicaksana mengatakan, pihaknya akan membuat jembatan gantung di wilayah itu. Sebab, untuk membuat jembatan permanen diperlukan waktu yang lama. Sementara warga sekitar memerlukan akses jalan agar dapat beraktivitas dengan normal.
"Masyarakat di sana tidak terisolir, sebab masih ada akses jalan alternatif, tapi jaraknya lebih jauh," kata dia, Kamis.
Menurut dia, warga banyak yang memaksakan menyebrang Sungai Cimedang dengan menggunakan rakit agar lebih cepat. Sebab, untuk memutar melalui jalan alternatif, waktu tempuh yang diperlukan jauh lebih lama.
Namun, Imam khawatir, aktivitas menyebrang warga menggunakan rakit itu justru menimbulkan masalah baru. Sebab, jika terjadi hujan dengan intensitas tinggi, banjir bandang berpotensi kembali terjadi. "Kalau mereka masih memakai rakit, kita khawatir akan terjadi korban," kata dia.
Imam mengatakan, pihaknya sudah berkoordinasi dengan masyarakat setempat dan aparat kepolisian untuk membuat jembatan gantung di lokasi itu. Diharapkan dalam waktu dekat, pembuatan jembatan itu dapat direalisasi.
"Sampai nanti jembatan permanen bisa dibangun, warga bisa berlalu lintas memakai jembatan darurat itu. Tapi maksimal hanya untuk kendaraan roda dua," kata dia.