Kamis 25 Jun 2020 23:58 WIB

Perantau Minang Diminta Bantu Promosikan Pariwisata Daerah

Pariwisata di Sumbar mulai menggeliat kembali pada era normal baru.

Jam Gadang di Kota Bukittinggi, Sumatra Barat.
Foto: Antara/Iggoy el Fitra
Jam Gadang di Kota Bukittinggi, Sumatra Barat.

REPUBLIKA.CO.ID, PADANG -- Peran perantau yang tersebar di seluruh dunia sangat dibutuhkan untuk membangkitkan kembali perekonomian Sumatra Barat. Salah satunya dengan mempromosikan pariwisata daerah.

                               

Wakil Gubernur Sumbar, Nasrul Abit, mengatakan perantau Minang ada hampir di seluruh belahan dunia. "Ini potensi besar untuk bisa membantu mempromosikan pariwisata daerah," ujarnya usai halal bi halal bersama perantau melalui aplikasi Zoom, Kamis (25/6).

Dia mengatakan pariwisata Sumbar mulai menggeliat kembali pada era normal baru, dengan mengedepankan protokol kesehatan sehingga tercipta wisata bebas Covid-19. Sejumlah fasilitas disiapkan pemerintah untuk mendukung hal itu diantaranya menyiapkan tes usap (swab) gratis bagi wisatawan yang datang ke Sumbar untuk memastikan kondisi kesehatan. Tes usap gratis itu juga diberikan bagi pelaku usaha pariwisata di daerah itu untuk menciptakan iklim wisata bebas Covid-19.

"Jadi kita sudah siap menyambut kembali wisatawan di era normal baru. Tapi kita butuh dukungan promosi dari semua pihak, termasuk perantau di seluruh dunia," kata dia.

                               

Dia optimis dengan promosi yang masif melalui media sosial termasuk media sosial dari para perantau, gaung pariwisata Sumbar akan semakin dikenal dunia.

                               

"Kita punya seluruh yang diinginkan wisatawan. Keindahan alam dari dasar laut hingga puncak gunung. Seni budaya hingga kuliner juga sangat mendukung. Jika ditambah promosi tentu akan luar biasa," ujar Nasrul.

                               

Acara halal bi halal yang digelar secara virtual itu dilakukan sebagai ajang silaturahim serta pengenalan budaya Minangkabau. Sebagai ajang kolektif dan menambah wawasan kekayaan budaya, bersilaturahmi juga mempererat kesatuan antar sesama.

                               

Masyarakat Minangkabau terkenal dengan budaya merantau yang diartikan sebagai perginya seseorang dari tempat asal. Namun, bagi Suku Minangkabau, merantau bukan hanya disebabkan karena faktor ekonomi saja, tetapi juga ada faktor tradisi atau kebudayaan lainnya.

                               

Pepatah Minang mengatakan, "Karatau tumbuah di hulu, babuah babungo alun. Marantau bujang dahulu, di rumah baguno alun." Pepatah ini menegaskan anak laki-laki yang masih bujangan atau belum menikah tidak mempunyai peranan atau posisi dalam adat.

sumber : Antara
BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement