REPUBLIKA.CO.ID, KINSHASA -- Pemerintah Kongo mengumumkan, wabah Ebola terbesar kedua telah berakhir Kamis (25/6). Keberhasilan ini berkat vaksin dan perawatan yang efektif yang secara dramatis meningkatkan tingkat kelangsungan hidup. Wabah Ebola berakhir setelah hampir dua tahun dan lebih dari 2.200 kematian.
"Dibandingkan dengan wabah sebelumnya, yang terakhir ini adalah yang terpanjang, paling kompleks dan paling mematikan," ujar Menteri Kesehatan, Eteni Longondo.
Kongo telah menderita 11 kali wabah Ebola sejak virus ditemukan di dekat Sungai Ebola pada tahun 1976. Jumlah pengulangan infeksi ini lebih dari dua kali lipat negara lain.
Wabah ini ditemukan pada 3.463 kasus dikonfirmasi dan kemungkinan serta membuat 2.277 orang meninggal dunia. "Itu tidak mudah dan kadang-kadang sepertinya misi mustahil," kata direktur regional Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) Afrika, Matshidiso Moeti.
Bahkan ketika para pejabat kesehatan merayakan akhir epidemi Ebola, ternyata infeksi itu muncul kembali. Kasus baru ini tidak terkait karena lebih dari 1.000 km jauhnya di kota barat Mbandaka. Wabah baru ini muncul kembali pada 1 Juni dan menyumbang hingga 24 kasus sejauh ini, termasuk 13 kematian.
Longondo mengharapkan penanganan di wilayah itu menjadi lebih mudah karena berada di bagian negara yang lebih stabil. Penyebaran akan lebih mudah dikendalikan ketimbang di mana epidemi sebelumnya pada 2018.
Wabah Ebola terbesar dalam sejarah terjadi di Afrika Barat dari 2013-2016. Peristiwa ini menewaskan lebih dari 11.300 orang di Guinea, Liberia, dan Sierra Leone.