Jumat 26 Jun 2020 06:23 WIB

Pakar Beberkan Tips Atur Keuangan Pribadi di Era AKB

Jangan berhutang jadi salah satunya.

Ilustrasi Mengatur Keuangan
Foto: Mgrol100
Ilustrasi Mengatur Keuangan

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Penyesuaian anggaran hidup pribadi dalam menghadapi Adaptasi Kebiasaan Baru (AKB) dinilai sangat penting untuk diatur ulang oleh setiap individu. Para ahli keuangan di Grant Thornton Indonesia berpendapat, penyesuaian anggaran atau manajemen keuangan pribadi menjadi lebih penting dari sebelumnya.

Mereka kemudian merangkum lima angkah yang perlu dilakukan setiap individu untuk mengatur keuangan pribadi dalam menghadapi ‘new normal’.

"Yang pertama adalah review londisi keuangan pribadi," kata salah satu ahli akuntasi Grant Thornton Indonesia Riadi Sugihtani, Kamis (25/6).

Hal pertama yang perlu dilakukan adalah melihat dengan cermat kondisi keuangan saat ini dari sisi pemasukan kontra pengeluaran. Menurut dia, persona harus mengidentifikasi semua pengeluaran mulai dari laporan kartu kredit hingga berbagai tagihan rutin seperti listrik dan air.

"Coba untuk lakukan review dari tiga bulan lalu dan awasi pengeluaran tahunan yang akan segera jatuh tempo seperti pajak rumah, pajak kendaraan bermotor hingga uang sekolah anak yang dibayarkan beberapa bulan di muka, bandingkan dengan pemasukan tetap yang diterima tiap bulan untuk mendapat jawaban, apakah kondisi keuangan pribadi berisiko atau tidak," papar dia.

Kedua, mengidentifikasi antara kebutuhan  dan keinginan. Seringkali setiap orang, kata dia, masih terjebak antara keinginan dan menempatkan hal tersebut sebagai kebutuhan. Langkah signifikan berikutnya adalah mulai mengidentifikasi kebutuhan reguler dan menuliskan apa saja keinginan yang menyedot penghasilan maupun tabungan serta mengendalikan hasrat berbelanja atas keinginan tersebut. Untuk lebih mudahnya, ujar dia, kebutuhan adalah sesuatu yang akan memengaruhi kemampuan seseorang untuk hidup.

"Semua yang tidak termasuk dalam kategori tersebut dapat dianggap sebagai keinginan," ujarnya. 

Ketiga, jangan berhutang. Riasi mengatakan, hindari gaya hidup konsumtif dan terutama hindari membeli barang secara kredit sangatlah penting. Memasuki fase ‘new normal’, kata dia, kkta akan memasuki fase kehidupan yang benar-benar baru dan perlu adaptasi tinggi, sehingga kestabilan keuangan pribadi menjadi sangat penting. 

"Hindari menambah beban keuangan dalam waktu dekat dengan berhutang maupun mengambil cicilan terutama untuk barang yang sebenarnya tidak dibutuhkan," ujarnya.

Tips selanjutnya, kata Riadi, memiliki dana darurat atau emergency fund.

Dia menjabarkan, .engamankan persediaan dana dan mengambil langkah yang tepat perlu disusun ulang untuk memastikan pendapatan dikelola dengan sangat baik. Fokus pada tujuan untuk menambah dana darurat atau emergency fund bisa jadi salah satu strategi. "Hal ini dapat dimulai dengan memisahkan pemasukan ke dalam rekening yang terpisah sehingga kebutuhan harian dan kebutuhan mendesak tidak tercampur," kata dia.

Lalu kelima, bijak dalam berinvestasi.Jika memiliki dana mengendap, investasi pada instrumen yang tergolong mudah dicairkan seperti deposito, emas, reksadana, dan mata uang asing juga bisa dijadikan pilihan untuk memaksimalkan pemasukan. 

Riadi mengatakan, persona harus selalu lakukan diversikasi dan jangan berinvestasi di satu tempat saat ini. 

"Jangan mudah tergoda dan lakukan perencanaan investasi dengan tepat. Ingat, kita tidak tahu persis berapa lama kondisi ‘new normal’ ini akan bertahan," ujarnya. 

Pakar lainnya, Managing Partner Grant Thornton Indonesia, Johanna Gani menambahkan, kondisi prihatin yang berdampak bagi sebagian besar industri saat ini mendorong kita untuk lebih tenang dan bijak dalam menghadapinya. 

"Tentu kondisi finansial yang dimiliki setiap keluarga memiliki kondisi berbeda-beda hingga akhir pandemi nanti. Untuk itu, kesadaran untuk menerapkan protokol kesehatan, tetap produktif sebisa mungkin dan cerdas menangani keuangan pribadi adalah usaha terbaik yang dapat dilakukan saat ini," kata dia.

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
وَمَا تَفَرَّقُوْٓا اِلَّا مِنْۢ بَعْدِ مَا جَاۤءَهُمُ الْعِلْمُ بَغْيًاۢ بَيْنَهُمْۗ وَلَوْلَا كَلِمَةٌ سَبَقَتْ مِنْ رَّبِّكَ اِلٰٓى اَجَلٍ مُّسَمًّى لَّقُضِيَ بَيْنَهُمْۗ وَاِنَّ الَّذِيْنَ اُوْرِثُوا الْكِتٰبَ مِنْۢ بَعْدِهِمْ لَفِيْ شَكٍّ مِّنْهُ مُرِيْبٍ
Dan mereka (Ahli Kitab) tidak berpecah belah kecuali setelah datang kepada mereka ilmu (kebenaran yang disampaikan oleh para nabi) karena kedengkian antara sesama mereka. Jika tidaklah karena suatu ketetapan yang telah ada dahulunya dari Tuhanmu (untuk menangguhkan azab) sampai batas waktu yang ditentukan, pastilah hukuman bagi mereka telah dilaksanakan. Dan sesungguhnya orang-orang yang mewarisi Kitab (Taurat dan Injil) setelah mereka (pada zaman Muhammad), benar-benar berada dalam keraguan yang mendalam tentang Kitab (Al-Qur'an) itu.

(QS. Asy-Syura ayat 14)

Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement