REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Direktur Utama Perum Bulog, Budi Waseso, mengungkapkan mafia beras hingga saat ini masih eksis dan menganggu Bulog dalam menjalankan penugasan pemerintah. Berbagai cara dilakukan untuk bisa membuat beras Bulog tak diminati masyarakat.
"Mafia berjuang bagaimana Bulog agar tidak bisa eksis. Ada kejadian-kejadian di mana beras Bulog di buka kemasannya dan ditukar dengan beras jelek," kata Buwas, sapaan akrabnya, kepada Komisi VI DPR dalam rapat, Kamis (25/6).
Buwas mengatakan, beras jelek itu mengandung kutu hingga bergumpal-gumpal lalu diviralkan seolah-olah beras bulog. Menurut dia, hal itu nyata terjadi dan banyak pihak ingin agar citra Bulog terus negatif.
"Kita sudah laporkan ke Satgas Pangan dan kita serahkan dengan penanganan hukum," ujarnya.
Meski selalu diganggu oleh mafia, Buwas mengatakan, Bulog sudah membuktikan kepada pemerintah bisa menjalankan penugasan penyaluran beras dengan baik. Terutama saat mendapatkan penugasan penyaluran bansos beras presiden ke 3,25 juta warga Jabodetabek bulan Mei-Juni.
Metode penyaluran dilakukan secara door to door langsung kepada penerima. Hal itu demi meminimalisasi penyelewengan yang terjadi di lapangan, termasuk praktik menukar beras Bulog dengan beras yang berkualitas buruk. Ia pun mengklaim dari hasil uji petik dan evaluasi tim monev, para penerima tidak memberikan komplain dari bantuan tersebut.
Adapun selanjutnya, Buwas mengatakan akan mendapatkan penugasan penyaluran beras sebanyak 900 ribu ton dalam enam bulan ke depan kepada 10 juta keluarga penerima manfaat (KPM) di seluruh Indonsia. "Kita semua sudah siap, hanya hitam putih surat penugasannya belum ada," kata dia.