REPUBLIKA.CO.ID, BHIWANDI -- Masjid Makkah di wilayah Bhiwandi, India membuka pintu selebar-selebarnya bukan hanya untuk Umat Islam tapi semua orang yang membutuhkan oksigen. Bahkan sebanyak 27 dari 113 pasien yang dirawat di pusat oksigen Masjid Makkah ini beragama Hindu.
Penduduk Bhiwandi sebanyak 56 persen beragama Islam, sementara sisanya, 39 persen merupakan Umat Hindu. Selama bertahun-tahun, Bhiwandi dulunya menjadi buah bibir bagi ketegangan komunal. Wilayah ini merupakan saksi dua kerusuhan besar Hindu-Muslim pada tahun 1970 dan 1984. Di sinilah gerakan komite mohalla dimulai setelah kerusuhan tahun 1984, dan menjadi faktor utama dalam memastikan perdamaian.
Saat ini, Bhiwandi menghadapi krisis yang berbeda. Virus Covid-19 telah mempengaruhi 1.332 penduduk, dan ada 88 kematian. Pengabaian pemerintah terhadap situasi yang mengkhawatirkan ini mendorong Jamaat-e-Islami setempat untuk mengubah masjid mereka di Shanti Nagar menjadi pusat oksigen. Rumah sakit kota, Indira Gandhi Memorial Hospital (IGMH), yang berubah menjadi rumah sakit perawatan Covid-19, dikabarkan telah melantarkan pasien karena kekurangan oksigen dan ventilator.
Sementara sebagian besar rumah sakit swasta dan klinik tutup, menghilangkan pelayanan pengobatan. "Kami memutuskan sekarang adalah waktu terbaik untuk menghidupkan kembali fungsi asli masjid: untuk melayani kebutuhan sosial masyarakat," kata seorang sukarelawan Jamaat-e -Ilami di Bhiwandi, Mohammed Ali Shaikh dikutip dari Mumbai Mirror, Jumat (26/6).
Karena hidup dalam masyarakat multi-agama, kata Ali, wajib bagi Umat Islam untuk tetap terbuka untuk semua. Maka ia menyayangakn umat Islam telah mengubah masjid menjadi tempat untuk namaz atau berdoa saja. Oleh karena itu, aula lantai dasar masjid dibersihkan dan lima tempat tidur dipasang dengan tabung oksigen.
Kemudian, dokter lokal yang secara sukarela bekerja di sana diberi kit APD. Gerakan untuk Perdamaian dan Keadilan dan Shanti Nagar Trust juga terlibat dalam menjalankan pusat tersebut, yang sejauh ini telah menggunakan 32 tabung oksigen.
Dengan adanya pasar gelap tabung oksigen yang merajalela di Bhiwandi, Masjid Makkah menyambut siapa saja yang membutuhkan oksigen. Sebagian besar dari mereka yang datang adalah orang tua dari permukiman kumuh Bhiwandi, kebanyakan dari mereka memiliki masalah kesehatan. Mereka hanya cukup membayar adalah Rs 150, biaya kit yang disertakan dengan silinder, tetapi beberapa tidak mampu membayarnya.
Selain itu jamaat juga memasok tabung oksigen gratis bagi mereka yang membutuhkan di rumah, dengan syarat dikembalikan dengan isi ulang. Jamaat juga memandu pasien di telepon tentang cara menggunakan tabung oksigen ini. "Banyak kesalahpahaman tentang muslim sedang rusak ketika kami mengirimkan silinder ke rumah-rumah pasien non-Muslim," kata Ali.
Padahal, sejauh ini 35 pasien telah memanfaatkan fasilitas ini, 9 di antaranya beragama Hindu. Yang paling membuat marah Ali adalah pengabaian Bhiwandi oleh pemerintah. Ali menceritakan, para pasien sekarat di ambulans, ditolak oleh rumah sakit. Dua dokter Bhiwandi telah meninggal; satu di dukungan ventilator di kota Mumbai.
"Tetapi Menteri Kesehatan Rajesh Tope tidak repot-repot mengunjungi Bhiwandi. Pria yang sama mengunjungi Malegaon tiga kali setelah meluncurkan ‘Mission Malegaon, Menteri Wali Eknath Shinde mengunjungi Bhiwandi hanya minggu ini," keluh Ali.
Ali menolak untuk mengomentari dua MLA Bhiwandi, yaitu Rais Shaikh dari Partai Samajwadi dan Kapil Patil dari BJP. Sedangkan untuk 90 korporator di kotapraja, semakin sedikit yang semakin baik.
Relawan telah mulai diimunisasi dengan vaksin Covid-19 Inggris yang baru. Sekitar 300 orang akan memiliki vaksin selama beberapa pekan mendatang. Itu sebagai bagian dari uji coba yang dipimpin oleh Robin Shattock dan rekan-rekannya, di Imperial College London. Uji coba itu ada di antara banyak di seluruh dunia - ada sekitar 120 program vaksin yang sedang berjalan.
Untuk penyebaran Covid-19 yang mengkhawatirkan di kota tekstil, Ali menyalahkan penduduk Bhiwandi karena tidak mengambil tindakan pencegahan yang diperlukan selama penguncian. Tetapi pemerintah lebih bersalah karena tidak bertindak di bidang kesehatan secara keseluruhan, katanya.
“Kurangnya fasilitas dan bahkan praktik higienis dasar di IGMH adalah memalukan. Yang sangat kita butuhkan adalah pusat pengujian tingkat mohalla," terangnya.
Segala sesuatunya dapat berubah menjadi lebih baik segera. Pada hari Senin (22/6) Dr Pankaj Ashiya, yang berhasil mengendalikan situasi Malegaon, diangkat sebagai kepala Bhiwandi Nizampur Municipal Corporation. Ini pertama kalinya seorang perwira IAS ditunjuk untuk menduduki jabatan tersebut.