Jumat 26 Jun 2020 18:49 WIB

HBO Max Restorasi Film Klasik Gone With the Wind

Gone With the Wind dinilai tidak mengakui kebrutalan sistem perbudakan di masa lalu.

Rep: Shelbi Asrianti/ Red: Reiny Dwinanda
HBO Max merestorasi Gone With the Wind.
Foto: asiaweek
HBO Max merestorasi Gone With the Wind.

REPUBLIKA.CO.ID, LOS ANGELES -- HBO Max merestorasi sinema klasik Gone With the Wind untuk penikmat film. Seiring dengan kehadiran kembali sinema populer tersebut, HBO Max menambahkan dua tayangan video yang membahas konteks historis film yang dianggap kontroversial.

WarnerMedia sempat menarik film dua pekan silam, dengan alasan perlunya menambahkan peringatan tentang gambaran rasis pada film. Kedua video yang disertakan menghadirkan narasumber kompeten yang mengulas lebih jauh drama epik rilisan 1939 itu.

Baca Juga

Video pertama dipandu Jacqueline Stewart yang mengemukakan alasan pentingnya film tetap disimak dalam bentuk orisinalnya. Video kedua merupakan rekaman diskusi panel dari TCM Classic Film Festival April 2019 silam, dipandu sejarawan Donald Bogle.

Stewart mengatakan dalam video, bahwa Gone With the Wind adalah salah satu film yang tidak lekang oleh masa. Pada saat yang sama, film juga berulang kali menuai protes dari berbagai pihak, bahkan sejak pengumuman produksinya.

"Produser David O Selznick sadar betul bahwa penonton kulit hitam sangat prihatin mengenai bagaimana film mengusung topik perbudakan, dan bagaimana perlakuan terhadap karakter kulit hitam," kata Stewart, dikutip dari laman Variety.

Selznick berupaya meyakinkan komunitas kulit hitam bahwa film akan lebih sensitif mengenai keprihatinan tersebut. Tetap saja, Gone With the Wind dinilai tidak mengakui kebrutalan sistem perbudakan di masa silam.

Tim produksi berdalih, adanya perbedaan hierarki kaum kulit hitam dalam film merupakan gambaran nyata stereotip ras yang dulu memang terjadi. Menurut Stewart, perlakuan film melalui lensa nostalgia menyangkal kengerian perbudakan, serta warisan ketidaksetaraan ras.

Profesor dalam bidang studi film dan media di Universitas Chicago itu juga memaparkan dalam videonya bahwa para pemeran kulit hitam Gone With the Wind tidak diizinkan menghadiri pemutaran perdana sinema. Mereka terhalang undang-undang pemisahan Georgia.

Selain itu, Hattie McDaniel juga tidak diperlakukan dengan setara di Oscar. Aktris Afrika-Amerika pertama yang memenangkan Academy Award untuk perannya sebagai pelayan Mammy dalam film itu, tidak diizinkan untuk duduk bersama para pemeran lain.

"Menonton Gone With the Wind bisa terasa tidak nyaman, bahkan menyakitkan. Tetap saja, amat penting bagi film klasik Holywood tetap tersedia dalam tayangan aslinya untuk disimak dan didiskusikan," ungkap Stewart.

Film turut dibintangi Vivien Leigh, Clark Gable, dan Olivia de Havilland. Ceritanya diadaptasi dari novel karya Margaret Mitchell, yang berlatar selama Perang Sipil, mengenai Scarlett O’Hara, putri pemilik perkebunan kapas Georgia.

Gone With the Wind memenangkan delapan penghargaan Oscar, termasuk kategori film terbaik, aktris terbaik, sutradara terbaik, dan aktris pendukung terbaik. Film dinobatkan sebagai sinema Amerika terbaik keempat sepanjang masa.

Upaya HBO Max menyematkan video penjelas pada film merupakan wujud kesadaran untuk melawan ketidakadilan rasial. November 2019, Disney Plus juga meluncurkan peringatan tambahan bahwa beberapa film lama memuat "penggambaran budaya yang ketinggalan zaman".

Sejumlah judul yang menyematkan peringatan itu termasuk Dumbo, The Aristocats, Lady and the Tramp, dan Jungle Book. Sementara, film musikal Song of the South hingga kini belum tersedia dalam format apapun karena penggambarannya yang rasis.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement