Jumat 26 Jun 2020 21:22 WIB

Pakar Marketing: Sedekah, Solusi Bangkitkan Ekonomi

Kondisi multikrisis ini seharusnya menjadi momentum emas umat untuk bergerak

Pakar Marketing Yuswohady menilai sedekah, salah satu instrumen ekonomi yang diajarkan Islam, turut menjadi solusi universal yang bisa diterapkan dalam membangkitkan ekonomi saat maupun setelah pandemi.
Foto: ACT
Pakar Marketing Yuswohady menilai sedekah, salah satu instrumen ekonomi yang diajarkan Islam, turut menjadi solusi universal yang bisa diterapkan dalam membangkitkan ekonomi saat maupun setelah pandemi.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pakar Marketing Yuswohady menilai sedekah, salah satu instrumen ekonomi yang diajarkan Islam, turut menjadi solusi universal yang bisa diterapkan dalam membangkitkan ekonomi saat maupun setelah pandemi. Kondisi multikrisis ini seharusnya dimanfaatkan menjadi momentum emas umat untuk bergerak. Hal ini disampaikan pakar marketing Yuswohady saat acara ACT Fest di Jakarta lalu.

Upaya pemberdayaan ekonomi bagi masyarakat miskin merupakan hal penting yang dapat menjadi solusi permasalahan kemiskinan di Indonesia. Islam sebagai agama yang menyeluruh, memiliki instrumen khusus yang bertujuan untuk menciptakan keadilan dalam bidang ekonomi sehingga dapat berfungsi untuk mengurangi tingkat kemiskinan di masyarakat. Kondisi tatanan normal baru saat ini menjadi stimulan untuk kembali ke jalan-jalan kebaikan sedekah.

Baca Juga

Hal ini diawali dengan pandemi Covid-19 yang menjadi korektor masyarakat. Keadaan itu menciptakan pergantian mega (mega shift) saat ini. “Covid-19 itu menjadi great corrector, yang semakin menghadirkan spiritual, peran digital, dan empati di masyarakat,” jelas Yuswohady dikutip dari siaran pers ACT, Jumat (26/6).

Ia pun menambahkan, empati semakin menemukan momentum saat pandemi. Kegiatan ekonomi didasari empati, yakni kepedulian sesama. Lebih lanjut, kini empati menjadi penggerak utama sedekah. Di era keterbatasan fisik, sedekah tetap bisa dilakukan jarak jauh dengan bantuan teknologi.

“Pandemi menuntut lembaga pengelola zakat bertransformasi ke ranah digital. Hal ini seharusnya membuat kebermanfaatan menjadi lebih luas,” lanjut Yuswohady.

Ia mengatakan, apa yang dilakukan ACT di masa pandemi, yakni mengajak masyarakat untuk bersedekah sebagai jalan menolong sesama akan menjadi kebiasaan. “Sekarang orang mikirnya movement untuk empati sosial. Akan jadi kebiasaan. Dan ketika empati muncul dapat mengalahkan kapitalisme dan selfish. Empati mengajak masyarakat memahami orang selain diri sendiri,” terangnya.

Yuswohady mengatakan, sedekah dan zakat seharusnya tidak lagi asing bagi masyarakat dunia. Islam di Indonesia pun sudah memulainya sejak tahun 2010. Saat itu gaya hidup muslim menjadi perhatian, seperti perbankan syariah, hijab, dan halal. Ia pun yakin, gaya hidup sedekah akan menjadi kebiasaan masyarakat saat bahkan setelah pandemi.

“Proses edukasi sedekah sebagai habit, lama kelamaan akan natural, momentumnya saat pandemi ini,” kata Yuswohady.

Kala krisis multidimensi melanda dunia dan kondisi tatanan normal baru yang kian tidak rasional mengharuskan masyarakat untuk melakukan usaha ekstra untuk bertahan. Saling bahu-membahu dalam kehidupan sosial adalah keniscayaan. Indonesiadermawan.id hadir sebagai situs penggalangan dana untuk menjalankan berbagai program kemanusiaan dengan sedekah dari tiap individu yang kemudian berkembang menjadi ikhtiar nasional. Melalui www.indonesiadermawan.id , masyarakat dapat menyebarkan nilai dan membagikan manfaat semangat ke semua kalangan. Tanpa memandang agama, suku, ras, dan warna kulit.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement