Sabtu 27 Jun 2020 04:35 WIB

Sejarah Pencetakan Mushaf Alquran di Indonesia

Akhir abad ke-19 merupakan periode terakhir penulisan manuskrip Alquran.

Rep: Ratna Ajeng Tejomukti/ Red: Ani Nursalikah
Sejarah Pencetakan Mushaf Alquran di Indonesia.
Foto: Antara/Arif Firmansyah
Sejarah Pencetakan Mushaf Alquran di Indonesia.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Indonesia kaya akan manuskrip Alquran dan penyalinannya tersebar di seluruh Indonesia mulai dari Aceh hingga Maluku. Berdasarkan data dari Lajnah Pentashihan Mushaf Alquran Badan Litbang dan Diklat Kemenag, penyalinananya berlangsung dalam sejak abad ke-17 hingga akhir abad 19 yang berjumlah ribuan manuskrip.

Pada akhir abad ke-19 merupakan periode terakhir penulisan manuskrip Alquran. Abad ke -19 merupakan masa peralihan penyalinan naskah secara manual menggunakan teknik litografi atau cetak batu.

Baca Juga

"Karena teknologi cetak naskah Alquran telah merambah nusantara, pada 1848, Palembang telah selesai memproduksi mushaf cetak batu dan peninggalannya kini masih dapat ditemukan di wilayah palembang tepatnya di Meseum Sultan Badarudin II dan di Masjid Dog Jumeneng Cirebon," sesuai video Lajnah Kemenag yang diunggah Selasa (23/6).

Pada akhir abad ke -19 beredar sejumlah mushaf luar negeri diantaranya mushaf terbitan Bombay (India), Singapura, Turki dan Mesir. Namun, mushaf yang banyak tersebar di Indonesia adalah mushaf Bombay dan Singapura.

Sedangkan Turki dan Mesir, mushafnya tak terlalu banyak karena hanya diperoleh melalui jamah haji saja. Sehingga tidak heran banyak mushaf Bombay yang beredar di Palembang, Demak, Madura, Bima,  Malaysia dan Filipina. Mushaf Singapura sendiri banyak ditemukan di Palembang, Jakarta, Cirebon, Surakarta, Bali, Palu, dan Maluku.

Kemudian pada awal abad ke-20, generasi pertama mushaf Alquran cetak muncul. Alquran cetak pertama kali diterbitkan oleh Toko Abdullah Afif di Cirebon pada 1933, Salim Nabhan di Surabaya pada 1920, dan Matba'ah Islamiyah di Bukit Tinggi pada 1933.

Penerbit Mushaf Alquran generasi kedua diantaranya Al Ma'arif di Bandung pada 1948, Sinar Kebudayaan Islam di Jakarta 1951, dan Menara Kudus di Kudus 1952. Generasi ketiga diantaranya Toha Putra di Semarang 1962, BIR & company di Jakarta tahun 1956, Yayasan Pembangunan Islam di Jakarta 1967, Yayasan Penyelenggara Terjemahan Alquran di Jakarta 1967, dan Al Hikmah di Jakarta 1979.

Tidak heran jika semua mushaf berdasarkan mushaf yang berasal dari India. Menurut Lajnah Kemenag, generasi pertama penerbit mushaf Alquran merupakan pendatang keturunan Arab yang kemudian menetap di pemukiman bernama kampung arab.

Seperti Abdullah Afif yang bermukim di Panjunan, Cirebon, Salim Nabhan di Ampel, Surabaya, dan Toha Putra di Kauman, Semarang. Ini menunjukkan jaringan Arab yang kuat dalam penerbitan mushaf Alquran generasi pertama.

Mushaf generasi pertama ini ditahsih oleh ulama-ulama setempat seperti KH Muhammad Usman dan KH Ahmad Badawi yang mentahsih mushaf Abdulalh Afif kemudian, Syekh Sulaiman Ar Rasuli yang mentahsis Mushaf Alquran Salim Nabhan, Haji Abdul Malik yang mentahsis mushaf Alquran Matba'ah Islamiyah Bukit Tinggi.

Perlu diketahui mushaf Alquran India ini memiliki khat tebal, syakl, dan dhabt yang berbeda dengan mushaf lain. Selain itu, mushaf India memiliki tanda wakaf yang lebih banyak. Sehingga pada Mukernas Ulama Alquran mushaf cetakan tahun 60-an sebagai sandaran merumuskan mushaf standar Indonesia.

 

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement