Sabtu 27 Jun 2020 17:42 WIB

Ilmuwan Temukan 2 Planet dari Bintang Paling Cerah di Langit

Ilmuwan menemukan bintang katai merah paling terang di langit.

Rep: Idealisa Masyrafina/ Red: Dwi Murdaningsih
Astronom mendeteksi eksoplanet termuda.  ilustrasi
Foto: reuters
Astronom mendeteksi eksoplanet termuda. ilustrasi

REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Para astronom telah menemukan dua planet ekstrasurya Super Bumi yang mengorbit bintang 11 tahun cahaya dari Bumi. Ada juga planet ketiga potensial yang mengorbit agak jauh dari bintang.

Menurut para peneliti, kedekatan sistem planet terdekat memungkinkannya dipelajari lebih lanjut di masa depan. Dilansir di CNN, Jumat (26/6), bintang itu, Gliese 887, adalah bintang kecil katai merah redup dengan sekitar setengah massa matahari kita. Bintang itu adalah katai merah paling terang di langit.

Baca Juga

Ini juga salah satu bintang terdekat dengan matahari kita, meskipun jauh dari jangkauan teknologi pesawat ruang angkasa yang ada miliki saat ini.

Sebuah tim astronom yang bekerja pada proyek Red Dots, yang berusaha menemukan planet ekstrasurya yang paling dekat dengan matahari kita. Mereka mengamati bintang tersebut menggunakan European Southern Observatory di Chile.

Tim mengamati bintang setiap malam selama tiga bulan. Pencari Planet dengan instrumen spektograf HARPS, mendeteksi dua planet di sekitar Gliese 887.

Spektrograf itu mampu mendeteksi planet-planet menggunakan teknik yang oleh para astronom sebut 'Doppler wobble' atau metode kecepatan radial.  Wobble atau goyangan yang disebut ini terjadi ketika bintang bergerak bolak-balik karena tarikan gravitasi planet yang mengorbitnya. Instrumen HARPS dapat mengukur goyangan kecil ini.

Data ini dikombinasikan dengan data kearsipan lainnya termasuk pengukuran bintang pada 20 tahun lalu. Para astronom menjuluki planet Gliese 887b dan Gliese 887c.

Planet pertama menyelesaikan satu orbit di sekitar bintang setiap 9,3 hari Bumi, sedangkan yang kedua membutuhkan 21,8 hari Bumi untuk menyelesaikan satu orbit.

Mereka juga mendeteksi sinyal lebih jauh yang bisa berhubungan dengan sebuah planet yang membutuhkan 50 hari Bumi untuk menyelesaikan orbit di sekitar bintang. Studi ini dipublikasikan Kamis (25/6) di jurnal Science.

Planet berada di zona layak huni

Planet-planet tersebut disebut sebagai super-Bumi karena mereka lebih besar dari Bumi tetapi masih lebih kecil dari planet-planet seperti Uranus dan Neptunus. Keduanya dekat dengan zona layak huni bintang, tempat di mana planet terestrial dapat mendukung air cair pada permukaannya.

Karena bintang jauh lebih dingin daripada matahari kita, zona yang dapat dihuni lebih dekat dalam jangkauannya dengan bintang. Ini berarti bahwa planet-planet yang mengorbitnya juga berpotensi berada dalam kisaran itu. 

Kedua super-Bumi itu, agak terlalu dekat, artinya mereka terlalu panas untuk mempertahankan air cair. Keduanya menerima antara 2,5 dan delapan kali lebih banyak energi dari bintang mereka daripada yang diterima Bumi dari matahari.

Tetapi planet potensial ketiga, yang juga bisa menjadi super- Bumi, bisa ada di zona layak huni bintang itu. Dalam mengamati dan mempelajari bintang itu, para peneliti menemukan beberapa kabar baik.

"Bintang induknya adalah bintang terbaik yang dekat dengan Matahari karena bintang yang luar biasa tenang," kata Sandra Jeffers, penulis studi utama dan dosen di Institute for Astrophysics di University of Göttingen di Jerman.

"Maksudnya bintang yang tenang, yaitu tidak memiliki bintang gelap atau ledakan energi yang kita lihat di Matahari." jelasnya.

Jika bintang itu seaktif matahari kita, angin bintangnya akan mengikis dan menyapu atmosfer planet-planet. Para peneliti percaya bahwa karena bintang itu tenang, planet-planet di sekitarnya dapat mempertahankan atmosfernya.  Mereka mungkin memiliki atmosfer lebih tebal daripada Bumi.

"Jika seseorang harus hidup di sekitar kerdil merah, mereka ingin memilih bintang yang lebih tenang seperti GJ 887," tulis Melvyn Davies, profesor astronomi di departemen astronomi dan fisika teoritik di Lund University di Swedia, dalam artikel Perspective terkait. Davies tidak terlibat dengan penelitian ini.

Kecerahan bintang ini juga sangat konstan. Artinya, mungkin lebih mudah untuk mendeteksi atmosfer potensial dari planet-planet ini. Ini menjadikannya target yang pas untuk misi mendatang seperti James Webb Space Telescope milik NASA.

Teleskop yang diperkirakan akan diluncurkan tahun depan ini, dapat mengintip melalui atmosfer planet ekstrasurya dan membantu mengkarakterisasi komposisi mereka.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement