Sabtu 27 Jun 2020 11:18 WIB

Mentan Ajak Penyuluh Sosialisasi Tumpang Sisip ke Luar Jawa

Petani di Demak meraih untung berlipat lewat sistem Tumpang Sisip

Dirjen Tanaman Pangan Suwandi meminta penyuluh pertanian sosialisasi tumpang sisip ke luar Jawa
Foto: Humas Kementan
Dirjen Tanaman Pangan Suwandi meminta penyuluh pertanian sosialisasi tumpang sisip ke luar Jawa

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sistem tanam tumpang sisip (relay croping) menjadi salah satu upaya mengejar target tanam sekaligus peningkatan produksi padi dan jagung. Tumpang sisip  adalah menanam dua atau lebih jenis tanaman pada satu bidang lahan, dengan pengaturan waktu tanam dan panen.

Kiat tersebut lazim dilakukan petani di Pulau Jawa, Kementerian Pertanian RI berupaya melakukan sosialisasi tumpang sisip ke luar Jawa melalui penyuluh pertanian. Hal itu dikemukakan Dirjen Tanaman Pangan Kementan, Suwandi mewakili Menteri Pertanian RI Syahrul Yasin Limpo pada video conference Mentan Sapa Petani dan Penyuluh (MSPP) melalui Agriculture War Room (AWR) di Jakarta, Jumat (26/6). 

Dirjen Suwandi menyatakan sistem tanam tumpang sisip telah dilakukan kelompok tani (Poktan) di Kabupaten Tuban dan Blitar, Provinsi Jawa Timur. Dia pun merekomendasikan sistem tumpang sisip dapat direplikasi di wilayah lain, khususnya wilayah pertanian yang memiliki potensi pengairan cukup.

Hasil dari tumpang sisip telah dinikmati para petani Demak. Suwandi menyebut petani Demak, 20 hari sebelum panen padi, petani tebar benih kacang hijau. Setelah panen padi, petani juga segera panen kacang hijau.

Dari produksi 1,5 ton kacang hijau di kisaran Rp 12 ribu hingga Rp 14 ribu per kg, maka petani kreatif akan meraih laba Rp 12 juta per dua bulan setiap hektar."Pola-pola kreatif seperti ini perlu dicontoh dan diterapkan di tempat lain karena luar biasa dan menarik," katanya.

Paparan Dirjen Suwandi disertai fakta empiris lantas meningkatkan view MSPP hingga kapasitas 300 partisipan melalui zoom meeting tiada tersisa, yang dipandu secara daring dari AOR BPPSDMP oleh Kepala Pusat Penyuluhan Pertanian (Pusluhtan BPPSDMP) Leli Nuryati selaku moderator.

Suwandi menambahkan sistem tumpang sisip adalah bagian dari arahan Presiden RI Joko Widodo dalam kebijakan Mentan Syahrul untuk menggerakkan ekonomi petani mencakup Empat Langkah yang disebut sebagai Cara Bertindak (CB).

CB 1, peningkatan kapasitas produksi melalui percepatan tanam padi MT II 2020 seluas 5,6 juta hektar yang disesuaikan kondisi saat ini, musim kemarau, tetapi masih memungkinkan pertanaman; pengembangan lahan rawa di Kalimantan Tengah seluas 164.598 hektar; Perluasan Areal Tanam Baru (PATB) untuk padi, jagung, bawang merah dan cabai; serta peningkatan produksi gula, daging sapi, dan bawang putih untuk mengurangi impor.  

CB 2, Diversifikasi Pangan melalui pengembangan pangan lokal berbasis kearifan lokal, pemanfaatan pangan lokal di antaranya ubi kayu, jagung, sagu, pisang dan sorgum untuk meningkatkan pendapatan petani. CB 3, mencakup penguatan cadangan dan sistem logistik pangan melalui Penguatan Cadangan Beras Pemerintah Provinsi (CBPP), Penguatan Cadangan Beras Pemerintah Kabupaten/Kota (CBPK), serta penguatan sistem logistik pangan nasional untuk stabilitas pasokan dan harga. 

CB 4, pengembangan Pertanian Modern melalui pengembangan smart farming, pengembangan food estate, dan pengembangan korporasi petani.“Petugas lapangan tolong mendata, jika tidak ter-report dengan baik maka tidak terdata. Sekarang harus berbasis spasial, standing corp difoto open camera dan dipetakan menggunakan sistem ArcGis (dipolygom-kan), otomatis terkirim ke Pusdatin, terutama untuk pertanaman di luas baku sawah. Kuncinya adalah pengairan, adanya sumber air," kata Suwandi.

Suwandi juga mengingatkan petani agar memilih varietas unggul dan pupuk sesuai anjuran, serta menghubungi BPTP provinsi untuk mendapat solusi teknologi dan varietas. "Pengembangan benih padi baru juga dianjurkan yaitu varietas Inpari IR Nutrizinc dengan kandungan zinc sebesar 34,51 ppm Keunggulan ini turut mensukseskan program pemerintah dalam mengatasi kekurangan gizi dan masalah stunting di Indonesia," kata Suwandi.

Terkait benih yang terlambat datang mengakibatkan keterlambatan tanam akibat jauhnya lokasi pengadaan benih, para penyuluh dapat membina kelompok penangkar sesuai varietas yang diperlukan di daerah setempat. Benih yang dihasilkan oleh para penangkar akan dibeli oleh pengadaan melalui bantuan pemerintah  untuk mengatasi keterlambatan benih. 

Dirjen TP Suwandi mengingatkan tentang ekonomi petani berupa korporasi merupakan salah satu trobosan dalam upaya pemberdayaan petani dalam pengembangan usaha yang dikelola oleh petani, diharapkan koperasi ini mampu mensinergikan kegiatan agribisnis  hulu ke hilir dalam pengembangan kawasan pertanian.

Ketersediaan pangan harus tetap aman melalui percepatan tanam. Penyuluh tetap mendampingi petani untuk tetap produksi, tentunya tetap memperhatikan Protokol Kesehatan."Perlunya memantau dan memastikan kesiapan percepatan tanam MT II 2020, khususnya pengolahan lahan, penyiapan benih dan pupuk serta sarana produksi lainnya, pembiayaan pertanian melalui KUR, dan operasionalisasi Alsintan," kata Suwandi.

Kepala Pusat Penyuluhan Pertanian (Pusluhtan BPPSDMP) Leli Nuryati menambahkan MT II 2020 adalah musim basah, sehingga penyuluh bisa menggerakkan petani untuk percepatan tanam. "Kalau ada kendala, kontak langsung ke KostraTani, masing-masing kabupaten bisa evaluasi terhadap target sebelumnya," kata Leli.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement