REPUBLIKA.CO.ID, ROMA — Program Pangan Dunia (WFP) mengatakan Suriah menghadapi krisis kelaparan yang belum pernah terjadi sebelumnya. WFP melaporkan sebanyak 9,3 juta warga sipil di sana kekurangan makanan yang memadai.
“Suriah hari ini menghadapi krisis kelaparan yang belum pernah terjadi sebelumnya karena harga makanan pokok mencapai tingkat yang tak terlihat, bahkan pada puncak konflik sembilan tahun dan jutaan orang didorong lebih dalam ke dalam kemiskinan,” kata juru bicara WFP Elisabeth Byrs pada Jumat (26/6), dikutip laman Anadolu Agency.
Dia menjelaskan, harga bahan pangan di Suriah telah meningkat 20 kali lipat dalam waktu yang relatif singkat. “Kombinasi yang menghancurkan dari kemandekan ekonomi, kejatuhan ekonomi Lebanon, yang merupakan jembatan vital bagi Suriah, dan langkah-langkah karanitina wilayah (lockdown) Covid-19, telah mendorong harga pangan lebih dari 200 persen lebih tinggi dalam waktu kurang dari setahun,” ucapnya.
Byrs mengungkapkan, harga sekeranjang bahan pokok yang biasanya hanya 4.000 pound Suriah, kini telah meningkat menjadi 76 ribu pound. Menurut dia, jumlah warga Suriah yang berada di bawah kondisi rawan pangan bertambah 1,4 juta orang dalam tempo enam bulan.
Kondisi tersebut memaksa warga Suriah melakukan hal-hal putus asa. Mulai dari mengurangi porsi makanan, menjual aset, dan mengajukan utang. “Keluarga-keluarga di Suriah telah melewati lebih dari yang bisa mereka tangani,” ujar Byrs.
WFP membutuhkan dana sebesar 200 juta dolar AS untuk menyediakan bantuan pangan kepada warga Suriah hingga akhir tahun. Jika dana tersebut baru tersedia pada Agustus, WFP akan memotong jatah dan jumlah warga yang memperoleh bantuan makanan pada Oktober mendatang.
Suriah telah dibekap konflik sejak 2011. Ratusan ribu orang terbunuh, sedangkan jutaan lainnya terpaksa mengungsi ke berbagai negara, termasuk Eropa dan Amerika.