REPUBLIKA.CO.ID, BOGOR -- Delapan orang penumpang kereta commuterline atau kereta rel listrik (KRL) reaktif dari sekitar 500 orang penumpang KRL yang menjalani tes cepat Covid-19 di Stasiun Bogor, Jawa Barat, pada Jumat (27/6) sore. Kedelapan penumpang itu kemudian menjalani tes usap PCR.
"Tes cepat di Stasiun Bogor kemarin sore, diikuti 500 orang dan hasilnya delapan orang reaktif," kata Kepala Dinas Kesehatan Kota Bogor Sri Nowo Retnoketika dihubungi melalui telepon selulernya di Kota Bogor, Sabtu (27/6).
Menurut Retno, panggilan Sri Nowo Retno, penumpang KRL yang hasil tes cepatnya positif, kemudian dilanjutkan dengan tes usap yakni pengambilan sampel air liur dan dahak untuk dilakukan uji polymerase chain reaction (PCR) di Laboratorium Kesehatan Daerah (Labkesda) Jawa Barat di Bandung.
"Hasil uji PCR ini akan diketahui dalam tiga hari, apakah hasilnya negatif atau positif," kata Retno.
Sebelumnya, Gugus Tugas Percepatan Penanganan (GTPP) Covid-19 Provinsi Jawa Barat melakukan tes cepat kepada penumpang KRL di Stasiun Bogor pada Jumat (26/6) sore. GTPP Provinsi Jawa Barat melalui Dinas Kesehatan menyediakan 500 alat tes cepat dan peralatan pengambilan sampel usap kepada penumpang KRL yang baru tiba dari Jakarta.
Para penumpang KRL yang baru tiba di Stasiun Bogor tampak antusias mendaftar dan mengikuti tes cepat itu. Gubernur Jawa Barat, Ridwan Kamil, sebagai Ketua GTPP Jawa Barat, saat meninjau pelaksanaan tes cepat di Stasiun Bogor mengatakan GTPP Covid-19 Jawa Barat akan terus melakukan tes cepat secara konsisten di empat lokasi, yakni pasar tradisional, terminal bus, stasiun kereta, dan lokasi wisata, untuk memetakan dan memutus mata rantai penyebaran Covid-19.
Ridwan Kami yang akrab disapa Emil menambahkan di stasiun, terutama Stasiun Bogor, ada persoalan yakni adanya pembatasan jumlah penumpang KRL sehingga terjadi penumpukan calon penumpang di Stasiun.
"Sudah dibantu dengan bus bantuan dari DKI Jakarta dan Kota Bogor, tapi belum cukup," katanya.
Menurut dia, pelaksanaan tes cepat dan usap kepada penumpang KR itu untuk mengetahui peta penyebaran Covid-19. "Apakah di antara penumpang KRL ada yang positif atau semuanya negatif. Kalau semuanya negatif, kami akan mengusulkan agar kapasitas penumpang KRL bisa ditambah," katannya.