REPUBLIKA.CO.ID, ACEH UTARA -- Dua hari lalu, atau Rabu (24/6) lalu, sebuah kapal terombang-ambing di perairan Aceh Utara. Kapal itu memuat 94 warga Rohingya, Myanmar dengan rincian 15 orang adalah laki-laki dewasa, 49 perempuan dewasa, dan 30 orang anak-anak. Sampainya mereka di lautan Nusantara bukan tanpa sebab, konflik kemanusiaan yang menimpa mereka menjadi alasan pelayaran tersebut.
Saat ini, 94 Muslim Rohingya itu ditampung di bekas Kantor Imigrasi Lhokseumawe, Gampong Kuala Lancok, Kecamatan Stamtalira Bayu, Aceh Utara. Mereka ditampung sementara dan menjalani tes cepat Covid-19 untuk memastikan kondisi kesehatan mereka di tengah pandemi sekarang ini. Kebutuhan makan mereka pun dipenuhi.
Aksi Cepat Tanggap (ACT), pada Kamis (25/6) malam kemarin, telah mengirimkan bantuan kemanusiaan ke warga Rohingya yang kini berada di Aceh Utara. Hidayatullah dari tim Program ACT Lhokseumawe mengatakan, bantuan tersebut berupa makanan siap saji, air mineral, beras serta perlengkapan anak-anak. “Pengiriman bantuan dilakukan oleh tim ACT serta Masyarakat Relawan Indonesia, kami juga melakukan pembersihan tempat yang dijadikan penampungan,” jelas Hidayatullah, Jumat (26/6).
Ia menambahkan, pada Jumat (26/6), lokasi penampungan pengungsi Rohingya telah diisolasi total oleh pemerintah setempat. Tujuannya untuk memutus rantai penyabaran Covid-19. Pasalnya, perjalanan pengungsi Rohingya cukup panjang dan dikhawatirkan telah terinfeksi virus corona.
Kapal motor yang membawa Muslim Rohingya itu terlihat di perairan Aceh Utara pada Rabu (24/6) siang. Ketika ditemukan, kondisi kapal Muslim Rohingya tersebut dalam keadaan kehabisan bahan bakar dan nyaris tenggelam. Para penumpangnya pun dalam kondisi ketakutan. Saat ada nelayan asal Aceh Utara melihat, mereka dikabarkan memberikan isyarat untuk diselamatkan. Nelayan akhirnya menarik kapal tersebut hingga ke daratan.
Sesampai di darat, warga Rohingya langsung dibawa ke lokasi penampungan sementara serta menjalani tes cepat Covid-19. Penelurusan perjalanan pun dilakukan demi memutus rantai sebaran virus.
Terdamparnya kapal yang mengangkut Muslim Rohingya di Aceh bukan kali pertama terjadi. Sebelumnya pada 20 April 2018 sebanyak 79 warga Rohingya diselamatkan nelayan di Kabupaten Bireuen. Kapal yang mengangkut 71 orang dewasa dan 8 anak itu tiba di Aceh setelah mendapat penolakan oleh otoritas Thailand dan Malaysia. Mereka kemudian ditampung sementara di gedung Sanggar Kegiatan Belajar Cot Gapu, Bireuen.
Jauh sebelum itu, pada 2015 silam, kapal yang bermuatan pengungsi Rohingya yang lari dari tanahnya sendiri akibat konflik kemanusiaan juga sampai ke Aceh. ACT sendiri merespons dengan membantun Hunian Nyaman Terpadu (ICS) untuk mereka. Dan kini, ICS tersebut masih digunakan untuk lokasi karantina Covid-19 oleh gugus tugas.