Ahad 28 Jun 2020 01:05 WIB

Pandemi Covid-19, DPR: Indonesia Hadapi Darurat Pendidikan

Darurat pendidikan karena anak-anak tak bisa maksimal belajar

Rep: Mimi Kartika/ Red: Esthi Maharani
Dua anak menonton video belajar digital dari rumah di Bandung, Jawa Barat.
Foto: Antara/M Agung Rajasa
Dua anak menonton video belajar digital dari rumah di Bandung, Jawa Barat.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ketua Komisi X DPR RI, Saiful Huda menilai pandemi Covid-19 berdampak pada sektor pendidikan. Bahkan, ia menganggap Indonesia menghadapi darurat pendidikan.

"Kenapa darurat pendidikan? Karena anak-anak kita tidak maksimal bisa belajar," ujar Saiful dalam diskusi virtual 'Pemuda dan Pendidikan Kita di Masa Pandemi', Sabtu (27/6).

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) mengambil kebijakan bahwa daerah dengan status Covid-19 zona merah, oranye, dan kuning, tidak boleh melaksanakan pendidikan tatap muka, melainkan pembelajaran jarak jauh. Akan tetapi, menurut Saiful, belajar dari rumah tidak efektif karena Kemendikbud belum menyiapkan adaptasi kurikulum.

Sementara, lanjut dia, tidak semua sekolah dapat melaksanakan pembelajaran jarak jauh melalui daring karena keterbatasan sarana dan prasarana. Di sisi lain, sejumlah rang tua siswa juga tidak memiliki akses internet.

"Tidak semua sekolah bisa menyelenggarakan pendidikan jarak jauh, orang tua tidak punya pulsa, sekolah juga tidak punya kuota, dan seterusnya," tutur Saiful.

Di sisi lain, kata dia, banyak sekolah swasta yang kolaps karena orang tua siswa tidak bisa membayar SPP. Menurutnya, hal tersebut juga terjadi imbas para wali murid yang terkena pemutusan hubungan kerja (PHK) atau berhenti usaha karena dampak pandemi Covid-19.

Selain itu, Saiful menuturkan, orang tua yang mengalami penurunan penghasilan atau bahkan tidak ada pendapatan, menyebabkan risiko terhadap tumbuh kembang anak-anak. Orang tua tidak lagi mampu memenuhi kebutuhan makanan yang bergizi bagi sang anak.

"Unesco (Organisasi Pendidikan, Keilmuan dan Kebudayaan) sudah memberikan warning kepada kita bahwa akan terjadi lost generation," ucap Saiful.

Ia melanjutkan, peringatan Unesco juga terkait dengan hampir empat bulan ini asupan gizi anak-anak menurun drastis. Orang tua siswa yang mendadak miskin karena PHK atau tutup usaha, akhirnya tidak bisa membelikan makanan yang bergizi bagi anak-anak Indonesia.

Tak hanya itu, siswa lulusan SMK/SMA sederajat tengah kesulitan untuk meneruskan kuliah di berbagai perguruan tinggi/universitas seluruh Indonesia. Saiful mendorong Kemendikbud segera mengambil langkah-langkah afirmasi terkait nasib murid yang akan melanjutkan pendidikan.

Saiful mengakui, pemerintah melalui Kemendikbud tengah merancang sistem pembelajaran di tengah pandemi Covid-19 ini. Akan tetapi, ia mengingatkan agar rencana tersebut tidak hanya bagus di atas kertas, tetapi harus bagus juga saat pelaksanaannya di lapangan.

"On paper bagus, pelaksanaan di lapangan harus terus dipantau dan terus diawasi," katanya.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement