REPUBLIKA.CO.ID, TEHERAN -- Iran termasuk negara yang paling sering diberi sanksi ekonomi namun tetap bertahan. Presiden Iran Hassan Rouhani mengatakan sanksi-sanksi sepihak Amerika Serikat (AS) dan sekutunya gagal menghentikan laju proyek-proyek energi dan migas Iran.
Pada Jumat (26 Juni), Iran mengoperasikan dua proyek energi yang baru, yakni pengilangan dan petrokimia. Selain pengoperasian kedua proyek ini, pembangunan pipa minyak mentah dari Gore ke Jask Iran juga diluncurkan di hadapan Presiden melalui konferensi video.
"Mereka yang menjatuhkan sanksi kepada Iran, yaitu AS dan rezim Zionis, sepenuhnya menyadari bahwa mereka tidak dapat menghalangi Iran dari pengembangan industri migas dan meningkatkan produksi minyak," kata Presiden Rouhani, berbicara pada upacara peresmian tiga proyek minyak besar melalui konferensi video.
Ketiga proyek itu mencatatkan total investasi 2 miliar dan 140 juta dolar AS. Iran ingin menunjukkan kepada musuh-musuhnya bahwa sanksi dan embargo perdagangan minyak tidak menghentikan majunya industri migas Iran.
Presiden Iran menegaskan dari ketiga proyek ini, pembangunan pipa minyak mentah dari Karun Barat ke Pantai Makran menjadi sangat penting.
Selain manfaat ekonomi, kata Rouhani, proyek itu memungkinkan Iran melewati Selat Hormuz untuk mengekspor minyaknya.
Proyek pipa minyak mentah Gore-Jask akan mengangkut satu juta barel minyak mentah per hari. Juga, menyimpan dan mengekspornya melalui terminal Jask baru. Iran menghadapi kekurangan pendapatan dari minyak akibat sanksi ekonomi.
Ketiga proyek energi berbasis minyak ini akan membuka lapangan kerja di banyak titik di Iran. Juga, meningkatkan pendapatan Iran dari minyak untuk menopang sektor-sektor lain.
Akhir tahun lalu, Iran menemukan ladang minyak baru yang mengandung lebih dari 50 miliar barel minyak mentah. Temuan itu akan meningkatkan persedian minyak Iran hingga sepertiganya.
Ladang minyak itu berlokasi di wilayah selatan atau tepatnya di Provinsi Khuzestan. Tepat di lokasi industri minyak Iran.
Ladang minyak baru itu mengandung 53 miliar barel minyak mentah. Adapun cadangan minyak mentah Iran saat ini mencapai 150 miliar barel.
Ladang minyak ini akan menjadi yang terbesar kedua di Iran setelah ladang di Ahvas dengan cadangan sebesar 65 miliar barel.
Iran saat ini adalah negara dengan cadangan minyak terbesar keempat di dunia dan terbesar kedua untuk cadangan gas alam.
Namun, Iran saat ini kesulitan menjual minyaknya di tengah sanksi AS. Apalagi, Iran terancam menghadapi sanksi ekonomi baru dan perpanjangan ermbargo senjata selepas Amerika keluar dari perjanjian program nuklir Iran.
Sejak AS menarik diri dari kesepakatan nuklir 2015, negara-negara lain yang terlibat yakni Jerman, Prancis, Inggris, Rusia, dan China, terus berjuang untuk menyelamatkan kesepakatan itu.
Namun, negara-negara itu juga tidak menawarkan cara agar Iran bisa menjual minyaknya di luar negeri.
Perusahaan atau pemerintah mana pun yang membeli minyak Iran, maka akan menghadapi sanksi keras AS. Ancaman itu telah menghentikan transaksi bisnis Iran hingga miliaran dolar dan mendepresi tajam mata uang Iran,
BACA JUGA: Israel Lancarkan Serangan Udara ke Jalur Gaza
MINAT Isu-Isu Internasional dan Timur Tengah? Yuk Simak Updatenya di Tautan Ini