Sabtu 27 Jun 2020 20:53 WIB

Soal Pembakaran Bendera, Pengamat: Respons PDIP Sudah Tepat

Pengamat menilai respons PDIP sudah tepat terkait insiden pembakaran bendera parpol

Direktur Indonesia Publik Institute Karyono Wibowo (kanan)
Foto: Republika/ Tahta Aidilla
Direktur Indonesia Publik Institute Karyono Wibowo (kanan)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pengamat politik dari Indonesia Public Institute (IPI), Karyono Wibowo menilai respons PDI Perjuangan terhadap pembakaran bendera parpol dengan menempuh jalur hukum sudah tepat. Menurutnya, hal itu menunjukan kematangan PDIP sebagai parpol yang telah malang melintang dalam pergulatan politik nasional. 

"Menempuh jalur hukum merupakan pilihan terbaik bagi PDIP dalam menyikapi aksi pembakaran bendera daripada membalas dengan aksi jalanan," katanya, melalui pernyataan tertulis, di Jakarta, Sabtu (27/6).

Baca Juga

Karyono melanjutkan, sebagai partai yang sudah malang melintang dalam pergulatan politik nasional, PDIP tentu berpengalaman dalam menghadapi tantangan. Sebab menurutnya, sudah teruji mampu melewati tantangan yang lebih berat saat menghadapi tekanan rezim Orde Baru.

Berangkat dari pengalaman itu, lanjut dia, tentu semakin mendewasakan PDIP dalam menghadapi setiap gejolak yang datang. Menurutnya, sikap PDIP yang menempuh jalur hukum dalam merespons aksi penolakan yang disertai pembakaran bendera itu menunjukkan PDIP sudah mencium adanya provokasi yang ingin membenturkan PDIP dengan umat Islam dengan memanfaatkan isu penolakan RUU Haluan Ideologi Pancasila (HIP) yang di-"framing" secara sistematis.

Karenanya, kata dia, mengambil langkah hukum merupakan pilihan yang bijak untuk menghindari bentrokan yang kontra produktif, apalagi di tengah situasi pandemik Covid-19 sekarang sangat sensitif untuk memicu kondisi chaos.

Dampak pandemik, Karyono mengingatkan telah meningkatkan kerawanan sosial sehingga diperlukan ekstra kewaspadaan terhadap pelbagai potensi yang dapat memicu konflik. "Situasi pandemik ini seperti padang ilalang di musim kemarau yang mudah terbakar. Indikasi adanya pihak-pihak yang menginginkan kondisi 'chaos' telah terbukti dengan adanya provokasi yang dilakukan kelompok anarko dan sejumlah aksi teror yang terjadi selama pandemik," ujarnya.

Terlepas dari itu, lanjut dia, demo yang disertai pembakaran bendera PKI dan PDIP tentu menyisakan pertanyaan, sebab pada awalnya demo ini tuntutannya adalah menolak RUU HIP dan menuntut agar RUU HIP dicabut. "Lantas apa korelasinya antara menolak RUU HIP dengan membakar bendera PKI dan PDIP? Di sinilah yang perlu diurai apa motivasinya," ucapnya menegaskan.

Jika dicermati pelbagai opini yang berkembang terkait dengan penolakan RUU HIP, lanjut dia, terdapat beragam pendapat dan kepentingan, sebab tidak semua yang menolak RUU HIP memiliki argumen yang sama, termasuk adanya perbedaan kepentingan di antara kelompok yang menolak RUU HIP.

"Ada yang murni menolak berdasarkan pertimbangan rasional, ilmiah dan dilandasi kebijaksanaan untuk kemaslahatan bangsa. Tetapi, di satu sisi, di tengah penolakan RUU HIP tercium aroma politik yang menyengat. Tujuannya mudah ditebak, yakni untuk menjatuhkan PDIP melalui 'framing' isu komunisme yang dilekatkan ke PDIP," ujarnya.

sumber : Antara
BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
وَلَقَدْ اَرْسَلْنَا رُسُلًا مِّنْ قَبْلِكَ مِنْهُمْ مَّنْ قَصَصْنَا عَلَيْكَ وَمِنْهُمْ مَّنْ لَّمْ نَقْصُصْ عَلَيْكَ ۗوَمَا كَانَ لِرَسُوْلٍ اَنْ يَّأْتِيَ بِاٰيَةٍ اِلَّا بِاِذْنِ اللّٰهِ ۚفَاِذَا جَاۤءَ اَمْرُ اللّٰهِ قُضِيَ بِالْحَقِّ وَخَسِرَ هُنَالِكَ الْمُبْطِلُوْنَ ࣖ
Dan sungguh, Kami telah mengutus beberapa rasul sebelum engkau (Muhammad), di antara mereka ada yang Kami ceritakan kepadamu dan di antaranya ada (pula) yang tidak Kami ceritakan kepadamu. Tidak ada seorang rasul membawa suatu mukjizat, kecuali seizin Allah. Maka apabila telah datang perintah Allah, (untuk semua perkara) diputuskan dengan adil. Dan ketika itu rugilah orang-orang yang berpegang kepada yang batil.

(QS. Gafir ayat 78)

Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement