REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ketua PP Muhammadiyah Bidang Hubungan Luar Negeri dan Kerjasama Internasional, Muhyiddin Junaidi, menyarankan pemerintah Indonesia menyiapkan satu pulau khusus untuk menampung para pengungsi Rohingya. Dia menyebut Pulau Galang di Batam, Riau, bisa menjadi salah satu opsi.
"Bagi pengungsi Rohingya yang sudah ada di Indonesia harus diberikan perhatian lebih. Alangkah indahnya kalau mereka itu disiapkan tempat tinggal untuk sementara di sebuah pulau, misalnya di Pulau Galang," kata dia kepada Republika.co.id, Ahad (28/6).
Muhyiddin menambahkan, kalau memang hal itu bisa dilakukan maka tentu akan sangat membantu dan ini menjadi bentuk keterlibatan Indonesia secara langsung terlibat dalam memberikan bantuan kemanusiaan kepada para pengungsi Rohingya.
"Dan tentu tinggal di pulau itu bukan permanen tetapi penampungan sementara. Karena atas nama kemanusiaan, kita tidak boleh menutup mata karena ada masalah yang melibatkan umat Islam bukan hanya sekadar dari ASEAN, tetapi mereka tertindas di kampung halamannya," kata wakil ketua umum Majelis Ulama Indonesia (MUI) itu.
Menurut Muhyiddin, pemerintah Indonesia juga harus membantu memberikan bantuan kemanusiaan kepada etnis Rohingya yang berada di Cox's Bazar, Bangladesh. Di sana ada hampir 1 juta pengungsi yang mengungsi karena diusir dari Myanmar. "Kasus terkait Rohingya ini memang membutuhkan waktu yang lama untuk penyelesaian," ujarnya.
Muhyiddin menyadari, Indonesia sudah berbuat banyak untuk membantu Rohingya. Namun menurutnya harus ada lebih banyak langkah lagi agar persoalan terkait Rohingya ini dapat menemukan solusi.
Pemerintah juga telah mendukung proses yang sedang berlangsung di dunia internasional terhadap pemimpin Myanmar yang dinilai terlibat genosida.
"Karena kasus ini adalah kasus kemanusiaan yang sedang dalam sidang gugatan pembantaian Rohingya di Pengadilan Internasional di Den Haag, Belanda. Untuk umat Islam, dan bangsa Indonesia, harus membantu sepenuhnya," tutur dia.
Muhammadiyah sendiri, lanjut Muhyiddin, sudah membangun dua sekolah Indonesia di Rakhine, Myanmar. "Rencananya kita akan membangun pasar bersama di Rakhine. Diharapkan pasar tersebut dapat menurunkan tensi antar dua kelompok etnis," tutur dia.
Selain itu Muhyiddin juga mengatakan, negara-negara ASEAN, diharapkan terus menjalin komunikasi intensif agar kasus kemanusiaan terhadap Rohingya ini selesai dengan tidak mencoreng nama ASEAN.