Ahad 28 Jun 2020 20:56 WIB

Bencana Hidrometeorologi Diprediksi Masih Terjadi

Hingga awal Juli 2020, sejumlah wilayah masih berpotensi hujan.

Rep: Rr Laeny Sulistyawati/ Red: Ratna Puspita
Longsor di jalan poros Palopo Toraja memutus akses jalan Toraja-Palopo di kilometer 366+ 350 dan 368+450. Untuk sementara akses di jalan tersebut ditutup.
Foto: Tangkapan layar
Longsor di jalan poros Palopo Toraja memutus akses jalan Toraja-Palopo di kilometer 366+ 350 dan 368+450. Untuk sementara akses di jalan tersebut ditutup.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Bencana hidrometeorologi diperkirakan masih terjadi jelang akhir Juni 2020. Pusat Pengendali Operasi (Pusdalops) Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) mencatat kejadian banjir dan longsor di beberapa wilayah nusantara, seperti Kalimantan, Sulawesi, dan Maluku Utara.

Kepala Pusat Data, Informasi dan Komunikasi Bencana BNPB Raditya Jati mengungkap hasil analisis dasarian ketiga Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) yang mengungkap beberapa wilayah masih berpotensi hujan dengan curah hujan menengah hingga tinggi. "Beberapa wilayah tersebut teridentifikasi di Pulau Sulawesi, Maluku Utara, Papua dan Papua Barat. Bahkan hingga awal Juli 2020, wilayah tadi masih berpotensi hujan dengan intensitas menengah," katanya seperti dalam keterangan tertulis yang diterima Republika, Ahad (28/6).

Baca Juga

BNPB mendapatkan laporan kejadian banjir di wilayah Sulawesi pada Sabtu lalu (27/6) seperti di Kabupaten Bolaang Mongondow Selatan, Provinsi Sulawesi Selatan, Kabupaten Kepulauan Taliabu, Maluku Utara, Kabupaten Boalemo dan Pohuwanto, Gorontalo dan Kabupaten Lamandau, Kalimantan Tengah. Ribuan warga terdampak banjir di wilayah-wilayah tersebut, seperti di Lamandau 723 KK, Taliabu 700, Bolaang Mongondow Selatan 220, Boalemo 125 dan Pohuwanto 40.

Berdasarkan analisis dari InaRISK, ia menyebutkan Indonesia memiliki potensi risiko sedang hingga tinggi untuk bahaya banjir. "Jiwa terpapar bahaya ini mencapai 100 juta penduduk di seluruh provinsi. Luas wilayah memiliki potensi terdampak banjir hingga hampir 20 juta hektare," katanya.

Sedangkan bahaya longsor, dia melanjutkan, wilayah Indonesia memiliki jiwa terpapar hingga 14 juta penduduk dan luas wilayah berisiko mencapai 57 juta hektar di 33 provinsi. Melihat kondisi ini diprediksi terjadi hingga awal Juli 2020, BNPB mengimbau masyarakat untuk tetap siap siaga dalam menghadapi ancaman bahaya, khususnya hidrometeorologi. 

Kesiapsiagaan berbasis masyarakat sangat dibutuhkan untuk menyelamatkan jiwa. Hal sederhana yang dapat dilakukan oleh masyarakat seperti memetakan wilayah berpotensi banjir dan longsor, serta melihat kondisi tanah di lapangan. 

Selain itu, curah hujan tinggi dan berdurasi lama dapat berpotensi banjir. "Meskipun potensi bahaya banjir dan longsor masih dapat terjadi, masyarakat juga selalu siap siaga dalam menghadapi potensi bahaya lain, seperti angin puting beliung, kebakaran hutan dan lahan, gempa bumi, tsunami, erupsi gunung api dan pandemi virus corona SARS-CoV2 (Covid-19) yang masih menjadi ancaman di sekitar," katanya.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement