Senin 29 Jun 2020 04:33 WIB

Mengenal Astronom Muslim Paling Awal

Para ilmuwan Muslim berlomba-lomba menghasilkan karya pada bidang astronomi.

Rep: Yusuf Asiddiq/ Red: Muhammad Hafil
Mengenal Astronom Muslim Paling Awal. Foto: Astronomi Islam (ilustrasi).
Foto: Wordpress.com
Mengenal Astronom Muslim Paling Awal. Foto: Astronomi Islam (ilustrasi).

REPUBLIKA.CO.ID,  JAKARTA -- Penerjemahan karya asing memberi kontribusi dalam perkembangan ilmu pengetahuan di dunia Islam, termasuk penerjemahan buku dari India, Sindhind, yang menjadi salah satu pijakan bagi ilmuwan Muslim untuk mendalami astronomi. Sarjana Muslim yang berjasa dalam proyek penerjemahan itu adalah Ibrahim al-Fazari.

Namun, sebenarnya proyek ini tak hanya digarap al-Fazari. Beberapa sumber sejarah menyingkapkannya. Salah satunya disampaikan oleh Abraham bin Ezra, sarjana keturunan Yahudi pada abad ke-12. Dia menduga juga keterlibatan Yaqub bin Tariq, ilmuwan Muslim asal Persia, dalam penerjemahan.

Baca Juga

Penegasan yang sama pun disampaikan Ahmad Dallal, Sheila Blair, Jonathan Bloom, dan Majid Fakhry dalam Sains-sains Islam. Buku yang diedit John L Esposito itu menyebutkan adanya andil Yaqub bin Tariq. Lebih jauh terungkap bahwa al-Fazari dan Yaqub bin Tariq menerjemahkan Sindhind pada 771 Masehi.

Proses penerjemahan dilakukan di bawah pengawasan seorang astronom India yang mengunjungi istana Khalifah al-Mansyur. Ketika penerjemahan selesai dilakukan, para ilmuwan Muslim berlomba-lomba menghasilkan karya dan temuan terbaik pada bidang astronomi.