REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Beberapa konsumen mengaku siap mengurangi pembelian produk Unilever, seperti yang dilakukan Yaumil Kurniati (26 tahun). Ibu satu anak ini mengaku sangat terkejut dengan gerakan dukungan Unilever pada kelompok LGBT.
Pengajar salah satu ponpes di Tangerang ini beranggapan keputusan Unilever tersebut sangat disayangkan karena banyaknya Muslim yang menjadikan produk Unilever sebagai komponen wajib dalam kebutuhan sehari-hari. “Kaget karena setiap hari juga pakai Unilever. Produknya juga banyak yang ada sertifikat halalnya,” ujar Yaumil kepada Republika.co.id, Senin (29/6).
Meski begitu, wanita yang akrab disapa Emil ini mengaku sulit menemukan produk yang setara dengan Unilever. Namun, dia menegaskan akan mulai mengurangi mengonsumsi produk perusahaan asal Amsterdam itu setelah menemukan alternatif produk yang tak kalah berkualitas dan ekonomis.
“Agak sulit sebenarnya karena sudah terbiasa pakai Unilever. Tapi, mungkin kalau ada produk yang sama bagusnya dan murah akan coba beralih,” kata Emil.
Keinginan serupa juga diungkapkan Rahmah Novitasari. Meski mengaku kecewa atas keputusan Unilever untuk mendukung LGBT, wanita yang akrab disapa Novi ini mengaku masih kesulitan beralih ke produk lain. “Iya tahu, yang di Instagram itu kan? Kalau kecewa sih iya, tapi produk mereka banyak dan itu juga sudah jadi kebutuhan saya. Jadi, kalau mereka pro LGBT paling saya coba kurangin saja konsumsinya,” kata Rahmah Novitasari saat dihubungi.
Dari sisi ekonomi, Novi melihat produk Unilever sudah sangat diminati oleh masyarakat Indonesia karena harganya yang ekonomis dan kualitasnya yang bagus. Meski begitu, jika konsumen kompak mengurangi konsumsinya, dia yakin Unilever akan memiliki pertimbangan menghentikan kampanye pro LGBT mereka.
Novi mengaku hingga saat ini belum menemukan produk yang setara dengan Unilever, baik dari sisi ekonomi maupun kualitas. Meski begitu, dia mengau akan sedikit demi sedikit mencoba untuk beralih ke produk lain. “Mungkin akan coba beralih kalau ada produk lain yang ekonomis, tapi kualitasnya enggak kalah bagus. Tapi, sampai sekarang saya belum ketemu,” ujarnya.
Ahli ekonomi Islam, Syafi’i Antonio, mengingatkan kekuatan konsumen memilih produk yang sesuai dengan kemampuan ekonomi dan nilai yang dianutnya. Syafi’i juga menyarankan masyarakat mulai beralih pada produk lokal.
“Jadi, langkah pertama adalah kita setop membeli, lalu beli saham mereka, dan insya Allah sikap mereka terhadap LGBT akan berubah,” kata Syafi’i kepada Republika.co.id, Ahad (28/6).