Senin 29 Jun 2020 13:54 WIB

Gugus Tugas: Pernyataan WHO tak Bisa Ditelan Mentah-Mentah

WHO menyatakan pasien positif Covid-19 tanpa gejala cenderung tidak akan menularkan.

Rep: Sapto Andika Candra / Red: Ratna Puspita
Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Letjen Doni Monardo
Foto: ANTARA/PUSPA PERWITASARI
Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Letjen Doni Monardo

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Gugus Tugas Nasional Percepatan Penanganan Covid-19 menegaskan tidak semua rekomendasi Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) terkait penanganan infeksi virus corona bisa diterima bulat-bulat di Indonesia. Hal ini terkait dengan pernyataan WHO beberapa waktu lalu bahwa pasien positif Covid-19 tanpa gejala cenderung tidak akan menularkan infeksi virus corona ke orang lain. 

Pernyataan tersebut disampaikan oleh pimpinan WHO untuk respons Covid-19 Maria Van Kerkhove dalam sebuah konferensi pers virtual pada Senin (8/6). Ia menyebutkan bahwa orang tanpa gejala (OTG) atau asimtomatis jarang menularkan virus yang menginfeksinya kepada orang lain. Namun, WHO masih terus mempelajari hal tersebut.

Baca Juga

Kerkhove mengatakan, WHO memiliki sejumlah laporan dari negara-negara yang melakukan pelacakan kontak yang sangat rinci. Mereka mengikuti kasus tanpa gejala, mereka mengikuti kontak, dan mereka tidak menemukan transmisi sekunder.

Padahal, fakta di Indonesia justru sebaliknya. Ketua Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 Doni Monardo mengungkapkan, justru lebih dari 70 persen pasien Covid-19 di Indonesia adalah pasien tanpa gejala. 

Bahkan di beberapa daerah, jumlah pasien Covid-19 tanpa gejala mendekati 90 persen. Doni mengingatkan, memang pasien tanpa gejala ini terlihat baik-baik saja karena daya tahan tubuh yang prima. 

Namun, dampak buruknya bisa dirasakan oleh orang-orang di sekelilingnya bila memiliki komorbiditas atau penyakit penyerta seperti asma, diabetes, tekanan darah tinggi, hingga gangguan ginjal, paru, dan jantung. "Maka OTG tadi sangat mungkin menulari mereka yang punya komorbid dan mungkin juga mereka yang rentan," ujar Doni usai rapat terbatas bersama Presiden Jokowi, Senin (29/6). 

"Hampir semua kasus yang menimbulkan kematian, 85 persen lebih mereka yang punya komorbid seperti hipertensi, diabetes, asma, TBC, kanker, dan penyakit lainnya," kata Doni.

Karena itu, Doni mengimbau masyarakat yang memiliki komorbiditas untuk tidak melakukan aktivitas di luar rumah. Pimpinan perusahaan juga diminta memberi kesempatan agar karyawan yang memiliki penyakit penyerta untuk tetap bekerja dari rumah atau work from home (WFH). 

Belajar dari pernyataan WHO yang bertolak belakang dengan kondisi di Indonesia ini, Doni menekankan bahwa pemerintah selalu mengambil kebijakan berdasarkan kajian para ahli dan menyesuaikan dengan kondisi di Tanah Air. Bahkan terakhir diketahui bahwa WHO merevisi pernyataan mereka. 

"Itu saja mungkin penjelasannya mengenai WHO. WHO berubah-ubah terus kok. Jadi yang semula dibilang OTG kecil kemungkinan menulari. Karena akan membahayakan kita. Apabila WHO salah memberikan penjelasan dan kita ikuti mentah-mentah dia punya petunjuk, maka dampaknya kita pasti akan terjadi penularan yang lebih banyak lagi," ujar Doni. 

Sebelumnya, pakar penyakit menular pemerintah Amerika Serikat (AS) Dr Anthony Fauci menyebut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) berjalan mundur. Pernyataan itu ia lontarkan setelah salah satu pejabat WHO mengatakan bahwa penularan virus corona tipe baru dari orang yang tak memiliki gejala jarang terjadi.

"Beberapa hari yang lalu, seorang anggota WHO mengatakan penularan dari orang yang tak memiliki gejala ke orang yang sehat jarang terjadi, mereka berjalan mundur karena tidak ada bukti yang menunjukkan kasus seperti itu, " kata Fauci di acara "Good Morning America" stasiun televisi ABC, Rabu (10/6).

Kepala teknis penanggulangan pandemi virus corona WHO, Maria Van Kerkhove, berusaha menjelaskan 'kesalahpahaman' pernyataannya. Van Kerkhove sempat mengatakan pembawa virus tanpa gejala jarang menularkan virus ke orang lain.

Van Kekhove menegaskan pernyataan itu hanya berdasarkan beberapa penelitian, bukan gambaran menyeluruh. Fauci mengatakan gejala orang yang terinfeksi virus corona 'sangat luar biasa' bervariasi.

Beberapa orang yang terinfeksi hanya mengalami gejala ringan atau sama sekali tidak merasakan gejala apa pun. Sementara itu, ada orang yang harus dirawat di unit gawat darurat rumah sakit akibat menderita Covid-19.

"Faktanya, bukti yang kami miliki, berdasarkan persentase orang, sekitar 25,45 persen total orang yang terinfeksi tidak mengalami gejala apapun, dan dari ilmu epidemiologi kami tahu virus corona dapat menulari ke orang yang belum terinfeksi, bahkan jika mereka tidak memiliki gejala, jadi pernyataan bahwa hal itu jarang terjadi adalah salah," kata Fauci.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
وَلَقَدْ اَرْسَلْنَا رُسُلًا مِّنْ قَبْلِكَ مِنْهُمْ مَّنْ قَصَصْنَا عَلَيْكَ وَمِنْهُمْ مَّنْ لَّمْ نَقْصُصْ عَلَيْكَ ۗوَمَا كَانَ لِرَسُوْلٍ اَنْ يَّأْتِيَ بِاٰيَةٍ اِلَّا بِاِذْنِ اللّٰهِ ۚفَاِذَا جَاۤءَ اَمْرُ اللّٰهِ قُضِيَ بِالْحَقِّ وَخَسِرَ هُنَالِكَ الْمُبْطِلُوْنَ ࣖ
Dan sungguh, Kami telah mengutus beberapa rasul sebelum engkau (Muhammad), di antara mereka ada yang Kami ceritakan kepadamu dan di antaranya ada (pula) yang tidak Kami ceritakan kepadamu. Tidak ada seorang rasul membawa suatu mukjizat, kecuali seizin Allah. Maka apabila telah datang perintah Allah, (untuk semua perkara) diputuskan dengan adil. Dan ketika itu rugilah orang-orang yang berpegang kepada yang batil.

(QS. Gafir ayat 78)

Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement