Senin 29 Jun 2020 16:28 WIB

Hati-Hati, Steroid Anabolik Pengaruhi Kesuburan Pria

Steroid anabolik kerap dimanfaatkan pria untuk membentuk otot.

Rep: Puti Almas/ Red: Reiny Dwinanda
Sebagian laki-laki bahkan rela menempuh jalan pintas dengan menyalahgunakan steroid anabolik demi bisa mendapatkan bentuk tubuh yang kekar dan berotot.
Foto: Pikrepo
Sebagian laki-laki bahkan rela menempuh jalan pintas dengan menyalahgunakan steroid anabolik demi bisa mendapatkan bentuk tubuh yang kekar dan berotot.

REPUBLIKA.CO.ID, NEW DELHI — Pria yang berambisi menjadi kekar terkadang mencoba menempuh jalan singkat. Mereka memanfaatkan steroid anabolik sebagai suplemen khusus untuk mempercepat pembentukan otot.

Padahal, penggunaan steroid anabolik untuk keperluan itu termasuk ilegal. Steroid anabolitik sejatinya merupakan merupakan hormon yang disiapkan secara buatan dan menyerupai testosteron.

Baca Juga

Dilansir Times Now News, testosteron adalah hormon penting pada pria yang terkait untuk pertumbuhan rambut di wajah dan seluruh bagian tubuh. Hormon ini juga berperan dalam pertambahan tinggi tubuh, massa otot, suara, hingga dorongan seksual.

Sejatinya, steroid digunakan dalam pengobatan beberapa masalah kesehatan, seperti ketidakseimbangan hormon hingga alergi yang membahayakan. Tetapi, ini tidak boleh disalahgunakan sebagai suplemen pembantu pembentukan otot dan tubuh.

Steroid anabolik mengandung dosis yang lebih tinggi 10 hingga 100 kali dari dosis steroid yang biasa diresepkan dokter. Menggunakannya tanpa berkonsultasi dengan ahli medis terlebih dahulu dapat menyebabkan kerusakan tubuh dalam jangka panjang.

Dr Parul Katiyar, pakar fertilitas dari Nova IVF Fertility menjelaskan, efek samping yang signifikan penggunaan steroid anabolik secara serampangan pada laki-laki bisa serius. Mereka berisiko mengalami impotensi, disfungsi ereksi, dan jumlah sperma rendah.

"Steroid anabolik juga meningkatkan risiko serangan jantung dan strok yang mengancam jiwa," jelas Katiyar.

Biasanya,  otak mengirimkan sinyal ke testis untuk menghasilkan hormon pria, yaitu testosteron dan sperma. Tetapi, dengan asupan testosteron sintetis, otak merasakan kadarnya tinggi dalam tubuh lalu menghentikan sinyal yang diperlukan untuk merangsang testis untuk memproduksi testosteron alami serta sperma sehingga mengarah ke level rendah dan dalam beberapa kasus bahkan tak ada sperma yang dihasikan.

Inilah yang menyebabkan infertilitas pria. Dalam banyak kasus, produksi sperma pulih dalam tiga sampai 12 bulan setelah pria berhenti mengonsumsi steroid buatan terseut. Namun, terkadang dampaknya bisa sangat parah, sehingga terjadi kehilangan kemampuan produksi sperma dan infertilitas yang tak dapat dipulihkan.

Penelitian juga menyimpulkan bahwa steroid anabolik dapat menyebabkan kerusakan struktural pada sel sperma, yang pada gilirannya dapat menyebabkan kelainan pada janin. Gangguan kesuburan pria terkait dengan obat-obatan, dosis, dan durasi steroid.

"Pria yang ingin menjadi ayah anak harus berkonsultasi dengan dokter sebelum mengkonsumsi suplemen untuk pembentukan tubuh," ujar Katiyar.

Pria yang sedang mengalami masalah kesuburan karena penyalahgunaan steroid harus berkonsultasi dengan ahli kesuburan sehingga tes dan perawatan untuk membantu mengatasi masalah tersebut. Tes paling penting untuk mengukur infertilitas pria adalah dengan analisis air mani yang memberi informasi tentang jumlah dan kualitas sperma.

Berdasarkan hasil tersebut, dokter juga dapat meresepkan obat untuk membalikkan efek steroid anabolik. Dalam hal ini, jika ada pasangan yang memiliki masalah tersebut, mereka mungkin juga perlu menjalani program kesuburan khusus sehingga dapat memenuhi impian mereka untuk memiliki anak.

Tidak hanya pada laki-laki, steroid anabolik juga mempengaruhi sistem reproduksi bagi perempuan yang mengonsumsinya. Penggunaan steroid ini meningkatkan risiko masalah terkait kehamilan, termasuk peluang untuk bisa mengandung.

Katiyar menjelaskan, steroid anabolik menciptakan ketidakseimbangan dalam siklus menstruasi, membuat perempuan rentan terhadap tumbuhnya rambut-rambut di bagian tubuh yang tidak diinginkan, bahkan secara berlebihan. Selain itu, ini juga memengaruhi ukuran payudara menjadi lebih kecil dan memicu terjadinya perubahan suara.

Dalam kesimpulan studi terbaru yang dilakukan sejumlah ilmuwan, steroid anabolik memang bisa membantu tubuh yang lebih kuat dan berotot dalam waktu singkat. Tetapi, penggunaannya dapat menyebabkan infertilitas dan komplikasi lain dalam jangka panjang.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement