Senin 29 Jun 2020 16:47 WIB

Singapura Sebar Alat Pelacak untuk Warga Tanpa Ponsel

Singapura membuat perangkat pelacak bagi warganya yang tidak memiliki ponsel

Rep: Dwina Agustin/ Red: Nur Aini
Staf medis melakukan tes swab Covid19 kepada pekerja dari Asia Selatan di asrama pekerja asing Westlite Mandai, Singapura, Rabu (29/4). Kasus Virus Corona di Singapura sudah hampir mencapai 15 ribu
Foto: EPA-EFE / WALLACE WOON
Staf medis melakukan tes swab Covid19 kepada pekerja dari Asia Selatan di asrama pekerja asing Westlite Mandai, Singapura, Rabu (29/4). Kasus Virus Corona di Singapura sudah hampir mencapai 15 ribu

REPUBLIKA.CO.ID, SINGAPURA -- Singapura mulai membagikan perangkat pelacak kontak berkemampuan Bluetooth sebagai bagian dari langkah-langkah untuk memperlambat penyebaran virus corona. Alat yang disebut TraceTogether itu adalah alternatif untuk aplikasi pelacakan kontak dari pemerintah.

Pelacak tersebut ditujukan untuk orang yang tidak memiliki atau memilih untuk tidak menggunakan ponsel. Pendistribusian pertama pelacak dilakukan kepada orang lanjut usia yang rentan. Mereka kelompok yang hanya mempunyai sedikit atau tidak ada dukungan keluarga dan memiliki masalah mobilitas.

Baca Juga

Alat tersebut memiliki kode QR unik dan tidak perlu diisi daya karena memiliki daya tahan baterai hingga sembilan bulan. Perangkat bekerja dengan menukar sinyal Bluetooth dengan TraceTogether atau ponsel cerdas lain di sekitarnya yang menjalankan aplikasi TraceTogether.

Pengguna akan diberi tahu oleh petugas pelacakan kontak jika mereka terdeteksi berada di dekat seseorang yang terinfeksi virus corona. Jika mereka kemudian dikonfirmasi telah terkontak Covid-19, data akan diunduh dari perangkat.

Dikutip dari BBC, pemerintah Singapura telah menepis kekhawatiran yang timbul karena masalah privasi pengguna. Kegunaan perangkat pelacak ini diakui tidak dirancang untuk menandai pergerakan orang. Data yang dikumpulkan oleh perangkat akan dienkripsi dan disimpan dalam alat selama maksimal 25 hari.

Pihak berwenang juga mengatakan, data tidak dapat diakses dari jarak jauh karena alat tidak memiliki kemampuan internet atau seluler. Alat itu juga tidak memiliki konektivitas Global Positioning System (GPS), sehingga tidak mengumpulkan data lokasi.

Pemerintah Singapura mengatakan, sejak meluncurkan aplikasi TraceTogether pada Maret telah diunduh oleh sekitar 2,1 juta orang. Peningkatan partisipasi dalam program TraceTogether secara signifikan dinilai perlu dilakukan karena Singapura telah mulai membuka kembali ekonominya.

Awal bulan ini pemerintah Singapura mulai melonggarkan pembatasan kegiatan, termasuk pembukaan kembali toko ritel dan makan yang diizinkan di gerai makanan dan minuman. Hingga akhir pekan, terdapat 213 infeksi baru di Singapura, 11 di antaranya berada di komunitas asrama pekerja asing dan menambah jumlah total kasus Covid-19 menjadi 43.459. 

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement