Senin 29 Jun 2020 17:36 WIB

Pasar Tradisional di Yogya Masih Sulit Terapkan Jaga Jarak

Yogya akan menerapkan alur pengunjung untuk mengetatkan protokol jaga jarak di pasar

Red: Nur Aini
Pasar Tradisional (ilustrasi)
Foto: antara
Pasar Tradisional (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA -- Penegasan penerapan protokol kesehatan secara ketat di berbagai aktivitas masyarakat, termasuk di pasar tradisional menuju masa new normal terus dilakukan, tetapi sejumlah pasar di Kota Yogyakarta masih sulit menerapkan protokol jaga jarak.

“Di beberapa pasar tradisional khususnya yang menyediakan kebutuhan bahan pokok, seolah-olah kondisinya sudah normal. Padahal, pedagang dan pengunjung tetap harus menjalankan protokol kesehatan secara ketat, termasuk jaga jarak. Ini yang masih sulit," kata Kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kota Yogyakarta Yunianto Dwi Sutono di Yogyakarta, Senin (29/6).

Baca Juga

Menurut dia, Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kota Yogyakarta akan berupaya semaksimal mungkin untuk menegaskan penerapan protokol kesehatan di pasar tradisional. Hal itu sebagai langkah antisipasi agar tidak muncul klaster penularan Covid-19 dari pasar tradisional di Kota Yogyakarta.

Penegasan penerapan protokol kesehatan tersebut, kata dia, akan dioptimalkan selama Juli atau pada masa perpanjangan status tanggap darurat Covid-19 di DIY sehingga nantinya pedagang maupun pengunjung sudah memiliki kesadaran bersama untuk menerapkan protokol kesehatan. Salah satu upaya yang akan ditempuh adalah menerapkan alur pengunjung sehingga tidak saling berpapasan, menerapkan pintu masuk dan keluar khususnya di pasar besar yang jumlah pedagang maupun pengunjung cukup banyak, disamping pembersihan secara rutin.

Penerapan alur pengunjung atau alur keluar masuk pengunjung sudah dilakukan di sejumlah pasar di antaranya Beringharjo dan Pasar Kranggan.

“Beberapa pasar yang masih menjadi perhatian adalah Giwangan, Kotagede, Demangan, dan Sentul. Di pasar tersebut, protokol jaga jarak memang harus lebih ditegaskan. Memang harus perlahan-lahan untuk memberikan pengertian, tetapi akan kami optimalkan selama satu bulan ke depan,” katanya.

Yunianto menambahkan, keterbatasan personel di tiap pasar tradisional juga menjadi salah satu faktor yang menjadi kendala dalam menegakkan disiplin protokol kesehatan di pasar.

“Sebenarnya, sistem belanja secara daring sudah berjalan dengan baik. Tinggal dioptimalkan saja sehingga masyarakat tidak perlu datang secara langsung ke pasar tetapi tinggal membeli secara daring untuk kemudian diantar ke rumah oleh jasa ojek online,” katanya.

Selain itu, Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kota Yogyakarta juga akan bekerja sama dengan wilayah atau kecamatan setempat untuk mengatur dan menata pedagang yang berjualan di luar area pasar.

“Luberan pedagang ini juga harus ditertibkan dan menjadi tanggung jawab wilayah. Pedagang perlu ditata supaya tidak terjadi kerumuman,” katanya yang berharap akan ada perubahan yang lebih baik dalam penerapan protokol kesehatan di pasar tradisional pada satu bulan ke depan.

Sebelumnya, Wakil Wali Kota Yogyakarta Heroe Poerwadi sudah meminta Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kota Yogyakarta untuk membereskan protokol kesehatan di sejumlah pasar yang memiliki tingkat kepadatan tinggi, seperti Giwangan, Kotagede, dan Demangan.

“Misalnya di Giwangan. Sebagai pasar induk tentu terjadi interaksi antara pemasok dari luar kota dengan pedagang dan warga Kota Yogyakarta. Supaya potensi sebaran corona bisa ditekan, maka harus diterapkan protokol yang ketat,” katanya.

Ia menyebut, penerapan protokol kesehatan perlu dikuatkan dengan aturan-aturan yang lebih tegas agar bisa menjamin keamanan dan tidak terjadi sebaran Covid-19.

sumber : Antara
BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement