Senin 29 Jun 2020 19:25 WIB

Laporan Digital Jadi Syarat Bank Salurkan Kredit ke UMKM

Digitalisasi UMKM di Indonesia perlu dipercepat.

Rep: Iit Septyaningsih/ Red: Nidia Zuraya
Perajin menyelesaikan pembuatan wayang golek purwa di Saung Abah Ana, Desa Duren, Klari, Karawang, Jawa Barat, Senin (29/6/2020). Pemerintah melalui Kementerian Komunikasi dan Informatika serta berkolaborasi dengan kementerian, lembaga dan ekosistem digital terus berupaya membantu pelaku usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) agar bisa berjualan di platform digital dan terlibat aktif dalam pembangunan ekonomi digital Indonesia. ANTARA FOTO/M Ibnu Chazar/pras.
Foto: Muhamad Ibnu Chazar/ANTARA FOTO
Perajin menyelesaikan pembuatan wayang golek purwa di Saung Abah Ana, Desa Duren, Klari, Karawang, Jawa Barat, Senin (29/6/2020). Pemerintah melalui Kementerian Komunikasi dan Informatika serta berkolaborasi dengan kementerian, lembaga dan ekosistem digital terus berupaya membantu pelaku usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) agar bisa berjualan di platform digital dan terlibat aktif dalam pembangunan ekonomi digital Indonesia. ANTARA FOTO/M Ibnu Chazar/pras.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Menteri Koperasi dan Usaha Kecil Menengah (UKM) Teten Masduki menyatakan, digitalisasi Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) harus dipercepat. Sebab, tidak hanya dapat memperluas market tapi juga mendorong efisiensi proses bisnis pelaku usaha.

Ia menjelaskan, di masa depan laporan digital lebih dipertimbangkan bank atau lembaga keuangan lainnya dalam memberikan pembiayaan kepada UMKM. "Jadi digitalisasi juga memberikan akses pembiayaan lebih besar, report digital akan lebih dipertimbangkan daripada aset, karena UMKM rata-rata tidak punya aset. Jadi kalau masih pakai model (usaha) lama akan sulit," jelas Teten dalam Webinar bersama GoFood pada senin, (29/6).

Baca Juga

Misal, sambungnya, mitra UMKM GoFood mengajukan pinjaman ke bank. Maka bank tersebut bisa langsung tanya ke GoFood, terkait kesehatan usaha mitra itu.

"Syukur-syukur Kalau GoFood bisa jadi katalis agar (UMKM) lebih mudah dapatkan pembiayaan," ujarnya. Teten menambahkan, ke depannya penjualan lewat marketplace akan semakin menjadi tren.

Saat ini pun, lanjut dia, penjualan di e-commerce terus meningkat. Bank Indonesia (BI) mencatat, penjualan melalui e-commerce naik 18 persen pada bulan lalu.

"Bisa dipahami kenapa penjualan online meningkat, karena kini ada kebijakan social distancing, PSBB (Pembatasan Sosial Berskala Besar), dan Work From Home (WFH). Sayangnya baru 13 persen atau 8 juta UMKM yang terhubung online, sebanyak 87 persen masih offline," tuturnya.

Selain masuk ke ekosistem digital, kata dia, UMKM yang bisa bertahan sekarang merupakan pelaku usaha melakukan adaptasi bisnis maupun produk. "Kini banyak UMKM banting setir ke kebutuhan pokok, makanan minuman, alat kesehatan, herbal, dan lainnya," jelas Teten.

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement