Senin 29 Jun 2020 19:47 WIB

Gugus Tugas Minta Daerah Tegas Cegah Kerumunan

Jaga jarak merupakan bentuk protokol kesehatan yang paling sulit diterapkan.

Rep: Sapto Andika Candra / Red: Ratna Puspita
Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) yang juga Ketua Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 Letjen Doni Monardo (kanan)
Foto: ANTARA/PUSPA PERWITASARI
Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) yang juga Ketua Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 Letjen Doni Monardo (kanan)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pemerintah mengakui jaga jarak merupakan bentuk protokol kesehatan yang paling sulit diterapkan masyarakat. Kondisi di lapangan menunjukkan bahwa masyarakat masih belum bisa menghindari kerumunan massa, khususnya di pasar, transportasi umum, kegiatan olahraga luar ruang, hingga di warung makan. 

Ketua Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 Doni Monardo pun meminta pimpinan daerah untuk lebih inovatif dan tegas dalam mengurangi kerumunan. Kepala daerah juga diminta menghindari munculnya aktivitas yang justru menciptakan kerumunan massa. 

Baca Juga

"Nah salah satu poin yang sulit dilakukan adalah jaga jarak oleh karenanya seluruh unsur pimpinan di daerah diharapkan dapat melakukan berbagai macam strategi berbagai macam inovasi sehingga kegiatan masyarakat yang menimbulkan kerumunan ini bisa dikurangi, bahkan dihindari," jelas Doni usai rapat terbatas dengan Presiden Jokowi, Senin (29/6). 

Masyarakat juga diminta untuk selalu waspada dan tetap menyadari bahwa pandemi Covid-19 belum berakhir. Bahkan, angka penambahan kasus harian secara nasional sepanjang bulan ini justru lebih tinggi dibanding tiga bulan pertama Covid-19 terdeteksi di Indonesia. 

Juru Bicara Pemerintah untuk Penanganan Covid-19 Achmad Yurianto menjelaskan, ada sejumlah titik yang dianggap rawan terjadi penularan Covid-19 di tengah normal baru ini. Seperti diketahui, sejak dijalankannya kebiasaan baru kendati pandemi masih berlangsung, berangsur-angsur aktivitas masyarakat sudah kembali pulih.

"Tempat yang rawan penularan adalah tempat di mana orang memungkinkan untuk bertemu, berkumpul dalam waktu cukup lama. Misalnya di kantor. Kita harus perhatikan pengaturan tempat kerja sehingga penjagaan jarak bisa dilakukan. Pastikan sekalipun di kantor tetap pakai masker dengan benar," jelas Yurianto dalam keterangan pers, Ahad (28/6).

Selain kantor, pasar juga dianggap paling rawan terjadi penularan Covid-19. Di tempat inilah bertemu penjual dan pembeli setiap hari, bahkan pengunjung pasar bisa berbeda-beda setiap harinya. 

Yuri meminta Gugus Tugas daerah untuk melakukan pengaturan terhadap operasional pasar agar protokol kesehatan benar-benar dipatuhi oleh penjual dan pembeli.

Kemudian ada juga rumah makan dan warung makan yang dianggap rawan terjadi penularan Covid-19. Warung makan yang dimaksud terutama yang berada di lokasi keramaian kantor. 

Menurutnya, para pegawai kantor harus mewaspadai hal ini sehingga penerapan protokol kesehatan bisa dijalankan saat berkunjung ke warung makan saat jam istirahat siang. "Dengan mulai banyaknya aktivitas perkantoran, kita harus memperhatikan saat jam makan siang yang dilakukan bersama. Ini harus disadari ini tempat-tempat rawan yang memungkinkan terjadinya penularan," kata Yurianto.

Penerapan protokol kesehatan, ujar Yurianto, tidak dilakukan semata untuk diri sendiri, namun juga untuk keluarga di rumah. Menurutnya, seorang pekerja kantor yang bertemu banyak orang dalam perjalanan menuju rumah bisa saja tertular dan berisiko melanjutkan penularan kepada keluarga di rumah.

"Ingat apabila saudara aktif bekerja dan terinfeksi dan anda pulang di tengah keluarga maka sangat mungkin kontak anda dengan keluarga dana anak-anak kita akan sangat memungkinkan terjadinya penularan. Ini pentingnya kita sama-sama miliki komitmen yang kuat agar kita tetap aman," katanya. 

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement