REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Praktisi mindfulness dan emotional healing, Adjie Santosoputro, mengungkapkan bahwa ada cara tertentu yang bisa dilakukan oleh orang yang mengalami cemas berlebih, terlebih pada saat pandemi ini. Ada satu tips, latihan dasar yang dapat dilakukan setiap hari untuk mengatasi cemas.
"Cara pertama mengatasi cemas adalah memulai untuk memahami bahwa kecemasan bukanlah faktor eksternal, melainkan faktor internal," kata Adjie dalam webinar Hidrasi Sehat dan Mindfulness untuk Kurangi Kecemasan Hadapi Normal Baru, oleh Danone Aqua, pekan lalu.
Faktor internal itu adalah pikiran yang menginginkan untuk terus memastikan apa yang terjadi. Padahal, hidup ini sebenarnya penuh dengan ketidakpastian.
"Ketidakpastian yang kita temui di hidup ini sebenarnya tidak bikin cemas. Tapi, yang bikin cemas adalah keinginan kita untuk memastikan yang tidak pasti itu," kata Adjie.
Hanya saja, banyak orang yang sering menyalahkan ketidakpastian itu yang menyebabkan kecemasan. Padahal, ketidakpastian itu sendiri bukanlah penyebab kecemasan.
"Sebenarnya boleh kita menyalahkan ketidakpastian, Terkadang saya pun protes, masak sebagai manusia tidak boleh memastikan sih. Tapi itu artinya ego kita besar," kata Adjie.
Banyak orang yang sangat kokoh mengharuskan segala sesuatu. Padahal ada hal-hal yang sebenarnya juga terjadi di luar kendali.
Tip berikutnya adalah menemani cemas. Artinya, kita bisa mencoba untuk menerima rasa cemas ada dalam diri kita dengan cara menganggap cemas adalah hal yang wajar terjadi.
"Kita tidak perlu melarikan diri dari rasa cemas dan kita tidak perlu melawan cemas. Yang kita perlukan adalah menemani rasa cemas," jelas Adjie.
Tak sedikit orang menolak adanya cemas dengan melakukan hal-hal yang tidak sehat untuk melupakan diri dan mengalihkan diri dari cemas. Padahal, pengalihan itu hanya bersifat sementara.
Adanya perilaku tidak sehat pun bisa termasuk bentuk dari pelarian diri dari rasa cemas. Oleh karenanya, dia meyebut lebih baik menemani cemas.
Setelah menemani cemas, tip berikutnya adalah menyadari napas.
"Ketika menarik napas, sadari kalau kita sedang menarik napas. Ketika mengembuskan napas, maka sadari pula kalau kita sedang mengembuskan napas," kata Adjie.
Dengan latihan ini, menurut Adjie, kita melakukan pengalihan perhatian yang selama ini terus-terusan ke pikiran kita. Kita akan teralihkan untuk menyadari bahwa kita sedang bernapas.
Tak jarang, saat menyadari napas, maka pikiran kita akan melayang ke sana sini. Seperti ke masa depan, masa lalu, atau hal-hal yang penuh drama dan penuh fantasi.
Menurut Adji, setiap kali demikian, maka kita harus sadari pikiran itu bersikap ramah dan menerima pikiran itu. Hal itu memang sulit dilakukan, karena tak kita sadari, kita memang begitu sadis terhadap kita sendiri dengan menolak pikiran-pikiran itu.
Yang terakhir adalah berlatih untuk bersikap lentur dan mengalir. Sebab, biasanya cemas karena sering kali kita kaku menghadapi perubahan dan terus-terusan mengejar kesempurnaan.
"Maka penting belajar dari air, yang dapat mencari celah. Pada saat berhenti ya berhenti. Kalau ada jalan ya jalan lagi, seperti mengalir," jelas dia.
Adjie mengatakan, cara sederhana untuk mengontrol suasana hati adalah tetap terhidrasi dengan minum air untuk memenuhi asupan air dalam tubuh. Ia juga mengingatkan untuk tetap menjaga kualitas istirahat.