REPUBLIKA.CO.ID, NEW YORK -- Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengungkapkan bahwa kondisi terburuk dari pandemi virus Covid-19 masih belum muncul. Kepala WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus mengatakan, pandemi yang terjadi saat ini juga masih jauh dari kata akhir.
"Kita semua ingin ini berakhir. Kita semua ingin melanjutkan hidup kita. Namun, kenyataan yang sulit adalah ini bahkan belum dekat untuk berakhir," kata dia seperti dikutip Aljazirah, Selasa (30/6).
Dia mengatakan, akhir dari pandemi masih belum terlihat meskipun banyak negara telah membuat beberapa kemajuan secara global. Sebaliknya, dia melanjutkan, pandemi Covid-19 sebenarnya tengah meningkat.
WHO akan mengadakan pertemuan pada pekan ini guna membahas proses penelitian untuk memerangi penyakit ini. Pada saat yang bersamaan, WHO mencatat bahwa kasus infeksi harian Covid-19 masih terus bertambah di beberapa negara.
Kondisi itu tak pelak membuat pelaku bisnis di Amerika Serikat (AS) urung untuk kembali mengoperasikan usaha mereka. Sejumlah negara bagian AS seperti Florida, Texas, dan Arizona yang tidak mengindahkan imbauan WHO terpantau mengalami lonjakan kasus Covid-19.
Kebijakan lockdown juga kembali diberlakukan di Leicester, Inggris. Hal itu dilakukan karena ada peningkatan infeksi di kawasan tersebut. Pemerintah Inggris mengonfirmasi bahwa Leicester menyumbang sekitar 10 persen dari semua kasus positif di negara itu selama sepekan terakhir.
Mengacu pada data universitas Johns Hopkins Amerika Serikat, paparan Covid-19 secara global telah mencapai lebih dari 10 juta kasus. Catatan itu juga menyebutkan bahwa 500 ribu orang meninggal dunia akibat terinfeksi virus tersebut.
Tedros mengatakan, WHO berencana mengirim tim ke China pekan depan guna menyelidiki asal-usul virus tersebut. Hal itu dilakukan menyusul tudingan Presiden AS Donald Trump dan Menteri Luar Negeri AS Mike Pompeo yang menyebut bahwa virus itu berasal dari sebuah laboratorium di China.
Meski demikian, baik Trump maupun Pompeo tidak memiliki bukti atas tuduhan tersebut. Pemerintah China juga telah membantah tudingan yang mereka lontarkan itu.
Ketua Federal Reserve (the Fed) Jerome Powell mengatakan bahwa pemulihan ekonomi AS akan bergantung pada penanggulangan virus corona dan upaya pemerintah untuk memberikan dukungan akan hal itu. Dia mengatakan, perekonomian mendatang akan sangat tidak pasti. "Pemulihan penuh tidak mungkin sampai orang yakin bahwa aman untuk terlibat kembali dalam berbagai kegiatan," katanya.