REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Federal Reserve Amerika Serikat (AS) akhirnya memulai program pembelian obligasi korporasi yang baru dicetak langsung dari perusahaan, Senin (29/6). Program ini sudah lama ditunggu oleh banyak pihak seiring dengan keyakinan dampaknya terhadap kestabilan pasar keuangan yang sudah terguncang akibat virus corona (Covid-19).
Seperti dilansir Reuters, Selasa (30/6), program terbaru The Fed diberi nama Fasilitas Kredit Korporasi Pasar Primer (PMCCF) yang senilai 500 miliar dolar AS. Melalui program ini, The Fed akan mendukung berbagai perusahaan dengan reputasi baik yang membutuhkan modal untuk menjaga bisnis mereka bertahan selama krisis.
Pada akhir Maret, The Fed sudah berjanji untuk meningkatkan pasar kredit korporasi dengan kemudahan mengakses kredit meskipun ada ketidakpastian yang diciptakan oleh pandemi.
Pada Senin, The Fed berharap perusahaan tidak terlalu banyak menggunakan PMCCF. Artinya, bank sentral berharap agar kondisi pasar membaik. Meski demikian, The Fed menekankan, program terbarunya dapat diterapkan apabila memang situasi pasar memburuk.
The Fed telah membeli saham dana yang diperdagangkan di bursa pada pertengahan Mei. Setelahnya, mereka membeli obligasi korporasi individul melalui Fasilitas Kredit korporasi Pasar Sekunder (SMCCF) pada bulan ini.
Berbeda dengan SMCCF yang memungkinkan The Fed membeli obligasi di pasar publik setelah diterbitkan, PMCCF memiliki persyaratan lebih. Program ini mengharuskan perusahaan yang ingin berpartisipasi untuk mengajukan sertifikasi. The Fed juga memperbaharui term sheet untuk fasilitas ini, termasuk spesifikasi pada harga kesepakatan.
Melalui PMCCF, The Fed memiliki dua opsi untuk membeli utang yang dikeluarkan perusahaan. Mereka dapat membeli seluruh obligasi baru sebagai investor tunggal dalam suatu transaksi atau dapat membeli beberapa bagian dari pinjaman sindikasi atau obligasi baru.
Perusahaan dapat membeli utang mereka melalui fasilitas pasar primer dan skunder, selama jumlah totalnya tidak lebih dari 1,5 persen dari ukuran potensi maksimum gabungan dari fasilitas tersebut, yakni 750 miliar dolar AS. Atau, setara dengan 10 persen dari obligasi penerbit yang beredar.