Selasa 30 Jun 2020 14:00 WIB

Penyebab Masyarakat Kembali Demen Bersepeda

Bersepeda ramai dilakukan masyarakat perkotaan sampai pedesaan.

Rep: Wahyu Suryana/ Red: Dwi Murdaningsih
Pekerja mencoba sepeda lipat Kreuz di Rumah Produksi Kreuz, Sadang Serang, Kota Bandung, Selasa (30/6). Sepeda lipat karya pemuda Bandung dengan desainnya yang terinspirasi dari merk sepeda Brompton buatan Inggris tersebut dijual dengan harga Rp3,5 juta untuk  satu set rangka (frameset) dan Rp7-10 juta untuk satu set sepeda. Hingga saat ini, antrean pemesanan frameset maupun sepeda lipat Kreuz sudah terisi hingga Mei 2022. Foto: Abdan Syakura/Republika
Foto: ABDAN SYAKURA/REPUBLIKA
Pekerja mencoba sepeda lipat Kreuz di Rumah Produksi Kreuz, Sadang Serang, Kota Bandung, Selasa (30/6). Sepeda lipat karya pemuda Bandung dengan desainnya yang terinspirasi dari merk sepeda Brompton buatan Inggris tersebut dijual dengan harga Rp3,5 juta untuk satu set rangka (frameset) dan Rp7-10 juta untuk satu set sepeda. Hingga saat ini, antrean pemesanan frameset maupun sepeda lipat Kreuz sudah terisi hingga Mei 2022. Foto: Abdan Syakura/Republika

REPUBLIKA.CO.ID, SLEMAN -- Aktivitas bersepeda belakangan kembali ramai dilakukan masyarakat di tengah-tengah pandemi Covid-19 Indonesia yang belum menunjukkan penurunan. Tidak cuma perkotaan, bersepeda ramai dilakukan masyarakat sampai pedesaan.

Peneliti Pusat Studi Pariwisata UGM Hendrie Adji Kusworo mengatakan, setidaknya ada lima faktor pemicu maraknya aktivitas bersepeda belakangan. Pertama, masyarakat sudah mulai merasa bosan tetap beraktivitas di rumah.

Baca Juga

"Adanya Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) memaksa masyarakat untuk berdiam diri di rumah. Sementara, kebutuhan rekreatif terus saja ada, baik saat berhadapan dengan PSBB ataupun tidak," kata Adji, Selasa (30/6).

Kedua, kebutuhan rekreatif yang tetap ada tersebut tidak bisa hanya dicukupi dengan kegiatan di dalam rumah. Sebab, kata Adji, dalam perspektif pariwisata rentang kesempatan rekreasi dalam rumah cukup sempit.