REPUBLIKA.CO.ID, BEIJING -- China menyetujui pelibatan militer untuk eksperimental vaksin virus corona yang dikembangkan oleh Tentara Pembebasan Rakyat China (People's Liberation Army) dan perusahaan farmasi Cina. Angkatan bersenjata negara China menjadi militer pertama di dunia yang menggunakan percobaan vaksin Covid-19.
Vaksin Ad5-nCoV dikembangkan bersama oleh tim di Akademi Ilmu Kedokteran Militer, yang dipimpin oleh Mayor Jenderal Chen Wei, dan perusahaan Can Sino Biologics yang berbasis di Tianjin. Ini pertama kalinya kandidat vaksin untuk Covid-19 telah diizinkan digunakan untuk militer.
Can Sino mengatakan, kandidat vaksin tersebut telah melalui dua fase uji klinis yang menunjukkan aman dan ada respons imun relatif tinggi terhadap antigen. Namun, kandidat belum memulai uji coba fase tiga yang akan mengonfirmasi dapat melindungi penerima dari infeksi.
Militer telah menyetujui penggunaannya selama setahun, tetapi belum diizinkan untuk tujuan sipil. Persetujuan ini menempatkan Ad5-nCoV ke dalam katalog obat-obatan khusus Tentara Pembebasan Rakyat.
Dikutip dari SCMP, pengembangan Ad5-nCoV didasarkan pada vaksin ebola yang dikembangkan oleh Chen. Vaksin tersebut hanya tidak masuk ke produksi massal dan akhirnya menjadi langkah pengembangan vaksin virus corona jenis baru.
Para ilmuwan di seluruh dunia berlomba untuk menemukan vaksin dari virus corona yang telah menginfeksi lebih dari 10 juta orang dan membunuh sekurangnya 500 ribu jiwa. Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), uji klinis sedang dilakukan kepada 17 kandidat vaksin. Tujuh di antaranya telah dikembangkan di China.
Salah satu kandidat yang dikembangkan oleh Oxford University dan Astra Zeneca dalam fase tiga. Sementara itu, Can Sino mengaku menyelesaikan uji coba fase dua pada 11 Juni, tetapi perusahaan belum merilis data dari penelitian.
Pejabat China mengatakan sebelumnya bahwa beberapa kandidat vaksin yang dikembangkan dapat disetujui untuk penggunaan darurat pada awal September. Artinya, ada kemungkinan vaksin dapat diberikan kepada orang-orang yang berisiko tinggi terhadap penyakit ini.
Salah satu kandidat vaksin yang akan diberikan berasal dari perusahan milik Cina, Sinopharm. Perusahan yang mengembangkan dua kandidat vaksin ini telah mengajukan permohonan untuk memberikan vaksin yang diusulkan kepada lebih dari seribu sukarelawan dari perusahaan.