REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Gubernur Jawa Barat periode 2008-2013 dan 2013-2018 Ahmad Heryawan (Aher) mengatakan, agama islam tidak menghendaki kemunduran bagi umatnya. Hal tersebut ia sampaikan dalam Dialog Nasional, Ketahanan dan Perlindungan Keluarga dalam rangka peringatan Hari Keluarga Nasional (Harganas) ke-27 2020, pada Selasa (30/6).
"Tidak pernah agama, khususnya agama islam menghendaki kemunduran, kemiskinan. Ada sebuah perintah untuk mencari ilmu, mencari pengetahuan, kemajuan, termasuk mencari perekonomian," kata Aher dalam sesi diskusi melalui aplikasi Zoom dan Youtube, Selasa.
Aher mengungkapkan, ada beberapa tantangan dalam membangun keluarga, salah satunya terkait dengan perekonomian. Terdapat tiga titik kritis potret keluarga Indonesia, pra sejahtera (keluarga miskin), keluarga sejahtera satu, dan keluarga sejahtera dua. Prosentase antara keluarga pra sejahtera dengan sejahtera satu mencapai 67-68 persen.
"Sampai-sampai kata Ali bin Abi Thalib, kalau saja kemiskinan adalah bentuknya laki-laki saya akan bunuh dia, saking bencinya pada kemiskinan. Agama hadir untuk kesejahteraan, agama tidak pernah hadir untuk kemunduran dan pendidikan yang tidak maju," ucap Aher.
Tantangan lain dalam membangun sebuah keluarga selain dari perekonomian yakni, pendidikan, kesehatan, konstruksi sosial, mindset atau paradigma, dan pemahaman agama.
Sementara itu, tingkat pendidikan Kepala keluarga di Indonesia mayoritas sampai SD atau MI sebesar 51,5 persen, SMP 17,3 persen, 24 persen SMA atau MA, 7,49 persen Perguruan tinggi dan selebihnya tidak bersekolah.
Dia juga menjelaskan delapan fungsi dari keluarga di antaranya, agama, sosial budaya, cinta keluarga, perlindungan, lingkungan, reproduksi, sosialisasi dan pendidikan, serta ekonomi.
"Selamat hari keluarga nasional tidak semata seremoni, tapi sebagai komitmen memulai kebaikan dari keluarga, seluruh kebaikan masa depan berasal dari keluarga yang baik," kata dia.
Di samping itu, CEO Indonesia Medika, dr. Gamal Albinsaid mengatakan, dalam masalah kesehatan Indonesia masih mengalami kemunduran. Indonesia memiliki jaminan kesehatan BPJS, namun tidak semua warga ikut di dalamnya, ada yang tidak mampu untuk membayarnya.
"Ada masalah defsit BPJS, karena premi BPJS di luar kemampuan masyarakat, mengaibatkan gagal bayar, menjadi premi eror. Hanya 60 persen masyarakat yang mampu membayar secara rutin," kata Gamal.
Sementara itu, Indonesia mendapatkan peringkat paling buruk di nomor sembilan dalam negara ASEAN terkait dengan masalah penyakit tidak menular. Terjadi peningkatan penyakit tidak menular di antaranya, kanker, gagal ginjal, diabetes, dan hipertensi.
Dia menjelaskan, ada lima poin dalam ketahanan keluarga, pertama, fisik, kesadaran mental, kemudian finansial, ketahanan sosial, dan terakhir perihal stunting. Gamal mengatakan, satu dari tiga anak di Indonesia mengalami stunting.
"Stunting mengakibatkan turunnya IQ, dan memiliki risiko meninggal. Keluarga yang tidak mampu mengatasi masalah gizi akan berdampak pada kualitas ekonomi. Perlu adanya social movement, konsisten dan sistematis, masalah stunting," kata dia.