Selasa 30 Jun 2020 16:20 WIB

KH Hilmi Aminuddin Meninggal, PKS Kehilangan Guru

KH Hilmi Aminuddin yang merupakan pendiri PKS meninggal dunia.

Rep: Arie Lukihardianti/ Red: Muhammad Hafil
KH Hilmi Aminuddin Meninggal, PKS Kehilangan Guru. Foto: KH Hilmi Aminuddin
Foto: Republika/Tahta Aidilla
KH Hilmi Aminuddin Meninggal, PKS Kehilangan Guru. Foto: KH Hilmi Aminuddin

REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG--Ketua  Majelis Syura PKS 2005-2015, KH Hilmi Aminuddin telah berpulang ke rahmatullah, pukul 14.24 WIB di ruangan Berlian Timur RS Santosa Central, Jl Gardujati, Kota Bandung, Selasa (30/6). Menurut Ketua Umum DPW Partai Keadilan Sejahtera (PKS) Jawa Barat, Haru Suandharu, anggota PKS di seluruh Indonesia sangat kehilangan sosok almarhum yang dianggap sebagai orang tua sekaligus guru.

"Beliau guru kami di PKS. Bahkan, murid beliau tak hanya saya tapi tersebar dari Sabang sampai Merauke," ujar Haru kepada Republika.

Baca Juga

Menurut Haru, saat mendengar almarhum wafat, semua sangat terkejut dan berduka cita sedalam-dalamnya. Karena,  kehilangan guru yang selama ini selalu menasehati dan mengajarkan tentang islam, mengajarkan bagaimana berdakwah dan memberi manfaat pada semua masyarakat.

"Saya kenal beliau, sekitar 20 tahun lalu. Saya, selalu hadir di ceramah-ceramah beliau," katanya.

Haru mengatakan, semua nasihat almarhum selalu ia ingat. Namun, ada satu nasehat yang tak pernah bisa dilupakan. Yakni, almarhum selalu menyemangati anak muda untuk berjuang melindungi masyarakat yang membutuhkan pertolongan. Almarhum pun, selalu mengajarkan agar anak muda jangan takut  berbuat salah, selalu berani mencoba dan berdiri di pihak yang lemah serta membutuhkan bantuan.

"Ustadz Hilmi, selalu mengajarkan pada kami agar peduli dan mau membela masyarakat miskin," katanya.

Jadi, kata dia, apa pun posisinya semua kader PKS baik itu sebagai pejabat publik atau pejabat partai harus menjadi payung untuk melindungi masyarakat lemah dan terpinggirkan. Jadi, semua kader PKS saat manjabat, sangat paham kalau jabatan itu sebuah amanah dari partai yang harus dijalankan dengan sebaik-baiknya.

"Saya, terakhir bertemu dengan beliau sekitar enam bulan lalu saat mengundang beliau memberikan ceramah. Tapi, di saat pandemi covid-19 ini kami masih intens berkomunikasi. Beberapa kali, beliau menelopon dan menasihat. Saya sangat kehilangan orang tua dan guru saya," kata Haru seraya mengatakan, selama ini ia tak mengetahui almarhum memiliki riwayat penyakit. Ia hanya tahu, almarhum darahnya kental karena usia. 

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement