REPUBLIKA.CO.ID, KUNINGAN – Memasuki akhir Juni 2020, Kabupaten Kuningan mulai memasuki musim kemarau. Menghadapi kondisi tersebut, Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) setempat mewaspadai terjadinya kekeringan dan kebakaran hutan.
Kepala Pelaksana BPBD Kabupaten Kuningan, Agus Mauludin, menjelaskan, berdasarkan informasi dari Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG), di penghujung Juni ini wilayah Kabupaten Kuningan memang sudah masuk musim kemarau. Anomali cuaca, seperti hujan, angin kecang dan suhu yang panas, melanda wilayah tersebut dalam beberapa hari terakhir.
‘’Ini sebagai pertanda musim kemarau telah tiba,’’ kata Agus, Selasa (30/6).
Menghadapi musim kemarau, lanjut Agus, pihaknya mulai mewaspadai kemungkinan terjadinya bencana kekeringan serta kebakaran hutan dan lahan (karhutla). Untuk itu, pihaknya sudah mulai meningkatkan koordinasi dengan sejumlah instansi. Seperti TNI, Polri, Damkar, TNGC, Perhutani, PDAM hingga relawan.
BPBD Kabupaten Kuningan juga memetakan daerah mana saja yang rawan kebakaran hutan dan kekeringan. Instansi itu juga telah memiliki alat deteksi dini kebencanaan, yakni berupa warning receiver system Ina TEWS.
Alat yang merupakan bantuan dari BMKG itu awalnya digunakan sebagai alat deteksi dini bencana tsunami. Namun, juga bisa digunakan untuk mendeteksi bencana kebakaran hutan dan lahan serta gempa bumi.
‘’Dengan alat itu, kami bisa lebih mudah mengantisipasi setiap potensi kebencanaan sejak dini,’’ terang Agus.
Puncak musim kemarau di Kabupaten Kuningan diprediksi terjadi pada Agustus hingga awal September mendatang. Saat puncak musim kemarau itu, kebakaran hutan dan lahan serta kekeringan berpotensi melanda wilayah tersebut.
‘’Kami berharap bencana tidak terjadi di musim kemarau ini. Namun kami tetap mengantisipasi,’’ kata Agus.