REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Tahun ini rakyat Azerbaijan memeringati hari ulang tahun ke-20 dimasukkannya Iceri Syeher (Kota Tua) ke dalam daftar warisan dunia UNESCO.
Kepala Kanselerai Kedutaan Besar Republik Azerbaijan untuk RI, Gultekin Habibli, mengatakan Iceri Syeher merupakan mutiara yang terletak di Baku, Ibu Kota Azerbaijan.
"Bisa dikatakan dengan rasa bangga bahwa mutiara Baku yaitu Iceri syeher adalah salah satu contoh budaya nasional Azerbaijan yang memiliki akar sejarah, dan tempat yang dikunjungi dengan rasa cinta bukan saja oleh rakyat Azerbaijan, tetapi juga oleh para wisatawan dari seluruh dunia," ujar Habibli dalam siaran pers yang diterima Republika.co.id, Selasa (30/6).
Sayangnya, akibat politik pendudukan Armenia terhadap Azerbaijan, pemerintah Azerbaijan sampai saat ini belum bisa melestarikan monumen-monumen budaya nasional, monumen-monumen sejarah, dan cagar-cagarnya.
"Di wilayah-wilayah Azerbaijan yang diduduki, tentara Armenia menghancurkan monumen-monumen sejarah, masjid-masjid, pekuburan-pekuburan, merampas museum-museum, kekayaan materiil dan kerohanian," jelasnya.
Kendati demikian, rakyat Azerbaijan tetap yakin bahwa tanah Azerbaijan yang bersejarah itu akan dibebebaskan dari pendudukan, dan monumen-monumen Azerbaijan yang dihancurkan itu akan dipromosikan kembali di seluruh dunia, serta dimasukkan ke dalam daftar warisan dunia UNESCO.
"Karena rakyat Azerbaijan memiliki ketahanan, kekuatan dan kemauan tekad untuk membebaskan tanahnya dan monumen-monumennya yang ditawan. Yang paling utama, dalam perjuangan tersebut pihak yang akan menang tentu saja adalah Azerbaijan," kata Habibli.
"Seperti setiap orang Azerbaijan, saya juga percaya pada kemenangan itu. Semoga jalan dari mutiara Baku, dari Iceri shyeher sampai benteng di Syusya, tanah asli kami, selalu terbuka, Azerbaijan yang tercinta," imbuhnya.
Selain itu, rakyat Azerbaijan juga memperingati ulang tahun ke-20 dimasukkannya kompleks Istana Syirwansyah dan Qiz qalasi (Maiden Tower) ke dalam daftar warisan dunia UNESCO.
Tempat bersejarah ini dinyatakan sebagai cagar budaya dan arsitektur negeri semasa perjuangan Presiden Heidar Alirza Ogly Aliyev.
Habibli mengatakan, sudah 28 tahun lamanya Azerbaijan menjadi anggota UNESCO. Selama itu, nama sejumlah cagar dan kawasan bersejarah Azerbaijan tercantum dalam daftar warisan dunia UNESCO.
Menurut dia, tercantumnya nama warisan budaya nasional dan warisan sejarah Azerbaijan dalam daftar UNESCO adalah contoh nyata kebijakan yang dilakukan oleh presiden Republik Azerbaijan, Ilham Aliyev dan Wakil Presiden Mehriban Aliyeva.
"Berkat kebijakan yang sukses besar inilah Azerbaijan bekerja sama dengan UNESCO secara aktif dan efisien," katanya.
Menurut dia, kuatnya hubungan Azerbaijan dan UNESCO adalah hasil jasa besar Yayasan Haidar Aliyev yang dipimpin oleh Mehriban Aliyeva. Sejak awal didirikannya, kata dia, Yayasan Haidar Aliyev selalu mempromosikan dan melestarikan nilai-nilai kerohanian nasional Azerbaijan.
"Sebagai hasil praktisnya kegiatan itu, nama-nama ciptaan nilai-nilai kerohanian nasional Azerbaijan yang penting tercantum dalam daftar warisan dunia UNESCO," ucap Habibli.
Dia menambahkan, Yayasan Haidar Aliyev juga sudah memberikan dukungan besar kepada penerjemahan karya-karya klasik dan modern Azerbaijan ke dalam bahasa-bahasa lain.
Selain itu, yayasan ini juga mendukung penerjamahan karya sastra dunia ke dalam bahasa Azerbaijan, khususnya yang menggambarkan kebenaran sejarah, seni dan budaya nasional Azerbaijan.
"Selama periode itu Yayasan Haidar Aliyev memberi sumbangan signifikan kepada budaya Azerbaijan, dan hari ini juga meneruskan kegiatannya dengan sukses untuk mempromosikan dan melestarikan nilai-nilai budaya nasional," katanya.