Selasa 30 Jun 2020 23:13 WIB

Soal Bakar Bendera PDIP, Pagar Nusa NU Ingatkan Persatuan

Pagar Nusa NU mengingatkan tetap jaga persatuan sikapi pembakaran bendera.

Ketua Umum Pagar Nusa NU, Muchammad Nabil Haroen, mengingatkan tetap jaga persatuan sikapi pembakaran bendera.
Foto: Dok Istimewa
Ketua Umum Pagar Nusa NU, Muchammad Nabil Haroen, mengingatkan tetap jaga persatuan sikapi pembakaran bendera.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA— Pencak silat Pagar Nusa Nahdlatul Ulama mengingatkan semua elemen masyarakat untuk menjaga persatuan bangsa. Hal ini menyusul demonstrasi terhadap RUU Haluan Ideologi Pancasila (HIP) yang berujung pada pembakaran bendera PDI Perjuangan beberapa waktu lalu.

"Jangan sampai ada kelompok yang berupaya memecah belah bangsa dan mengadu domba umat Islam dengan kelompok nasionalis. Bendera itu simbol kehormatan dan jati diri," kata Ketua Umum PP Pagar Nusa Nahdlatul Ulama (NU), M  Nabiel Haroen, dalam keterangan tertulisnya di Jakarta, Selasa (30/6).

Baca Juga

Menurut dia, aksi provokasi itu yang membawa bendera PKI dan membakarnya bersama bendera PDI Perjuangan. "Aparat kepolisian harus berani menangkap para provokator tersebut," kata Nabiel.

Dia mengatakan bahwa Nahdiyin (warga NU) dan kelompok Soekarnois itu saudara dan sama-sama berjuang mendirikan Republik Indonesia.

Oleh karena itu, mengapa Bung Karno sangat dekat dengan NU, demikian halnya dengan PDIP. "Bung Karno juga mendapat pengukuhan dari NU sebagai waliyyul amri ad-dharuri bis-syaukah, yakni pemimpin negara pada masa transisi yang punya legitimasi untuk memimpin bangsa," ujarnya.

Bahkan, lanjut dia, Bung Karno juga dikukuhkan sebagai Pahlawan Islam melalui Konferensi Islam Asia Afrika pada tanggal 6—14 Maret 1965 di Bandung.

Menurut dia, tanpa dukungan Bung Karno, tidak akan ditemukan makam Imam Buchori di kawasan Uzbekistan, yang saat itu berada di wilayah Soviet yang dipimpin Nikita Krushchev.

"Bung Karno juga banyak membantu kemerdekaan bangsa Islam, seperti Aljazair, Palestina, dan pembela kemerdekaan Pakistan. Jadi, jangan sampai ada yang memutarbalikkan sejarah. Kalau mereka terus memecah belah bangsa, mereka melawan demokrasi dan konsensus kebangsaan, harus ada tindakan tegas melawan itu," kata anggota Komisi IX DPR RI ini.

Nabiel juga menyinggung soal adanya upaya yang mencoba mengimpor konflik di Timur Tengah ke Indonesia.

Nabiel menyebutkan HTI telah dibubarkan di banyak negara, termasuk mayoritas negara Islam. Di belakang HTI, ada kepentingan asing yang menyamar menggunakan agama.

"Jangan sampai mengimpor konflik Timur Tengah ke Indonesia. Ada sekelompok orang yang meniru cara-cara divide et impera. Jadi, yang harus kita lawan intrik politik dari HTI. Waspadai partai dan kelompok tertentu yang menggunakan narasi, simbol, dan manuver intrik politik dari HTI," katanya.

Nabiel mengutarakan bahwa komitmen kebangsaan kelompok Soekarnois dan PDIP telah menunjukkan komitmennya bersama Nahdlatul Ulama, terbukti dengan gerakan bersama Wakil Presiden RI KH  Ma’ruf Amin yang berasal dari NU.

Ketua Umum DPP PDIP Megawati Soekarnoputri juga sangat membela Palestina dan menolak keras aksi unilateral Amerika Serikat terhadap Irak. "Kita harus melihat catatan sejarah bangsa ini secara komprehensif," Ujar Gus Nabiel, demikian akrab disapa. 

sumber : Antara
BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement