Rabu 01 Jul 2020 02:02 WIB

Pengamat: Lebih Berkelas Reshuffle tanpa Bising

Jokowi sebaiknya melakukan reshuffle kabinet dengan senyap dan berbasis kinerja.

Rep: Arif Satrio Nugroho/ Red: Ratna Puspita
Pangi Syarwi Chaniago
Foto: dok. Pribadi
Pangi Syarwi Chaniago

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pidato kemarahan Presiden RI Joko Widodo (Jokowi) pada para menterinya disertai ancaman menuai sorotan. Analis Politik Pangi Syarwi Chaniago menilai daripada mempublikasikan kemarahan kepada para menteri lebih berkelas jika Jokowi melakukan perombakan atau reshuffle kabinet dengan senyap dan berbasis kinerja. 

"Jauh lebih baik dan terhormat langsung saja Reshuffle tanpa bising di ruang panggung publik," kata dia dalam pesan singkat yang diterima Republika.co.id, Selasa (30/6).

Ia menilai publikasi video sikap marah-marah Jokowi ke menterinya cukup menarik. Pangi mengatakan publikasi video kemarahan tersebut dapat memunculkan dua pertanyaan. 

Pertama, apakah kinerja pemerintahan yang belum maksimal itu menjadi murni kesalahan para menteri. Atau, kinerja pemerintahan yang belum maksimal itu sebenarnya menunjukkan kelemahan presiden dalam menjalankan roda pemerintahan. 

"Boleh jadi dagelan politik, mencari 'kambing hitam' demi menutupi kelemahannya sebagai presiden dalam menjalankan roda pemerintahan," ujar Pangi.

Menurut Pangi, presiden dan menteri merupakan satu kesatuan tak terpisahkan dalam mengerakkan keberhasilan roda pemerintahan. Karena itu, menurut dia, tidak masuk akal jika menumpukan kesalahan dengan menyalahkan salah satunya aktor. 

Direktur eksekutif Voxpol Center Research and Consulting ini pun menilai video kemarahan Jokowi yang dipertontonkan di ruang publik ini sebenarnya ibarat pepapat 'menepuk air di dulang, terpercik muka sendiri'. "Sebetulnya presiden membuat pengakuan atas kegagalannya dalam memerintah/memimpin lewat kinerja menterinya yang inkompeten," kata Pangi.

Di sisi lain, Pangi menyebut, Jokowi memposisikan dirinya sedang cuci tangan atas belum maksimalnya kinerja pemerintah. Langkah ini bagian dari strategi mengeser perhatian publik dari kelemahan kepemimpinan seorang presiden ke arah ketidakmampuan menteri. 

photo
Anggota Komisi I DPR RI Andreas Hugo Pareira (kanan). - (Humas DPR RI)

Sementara itu, politikus PDI Perjuangan Andreas Hugo Pareira meyakini pidato Presiden Joko Widodo terkait kinerja para menterinya bakal berujung pada reshuffle kabinet. Ia menilai, Jokowi telah menunjukkan ketidakpuasannya pada para pembantunya.

"Melihat gesture presiden dalam pidato ini, nampaknya akan ada reshufle kabinet, terutama terhadap pembantu-pembantunya yang kurang tanggap sense of crises," kata dia. 

Andreas menduga, reshuffle akan terjadi pada lembaga yang berkaitan dengan penanggulan pandemi Covid-19, penanggulangan dampak sosial ekonomi, dan pemulihan ekonomi. Ia menilai, evaluasi atas lembaga dan Kementerian dalam penanganan Covid-19 ini memang perlu dan harus segera dilakukan.

"Agar tidak menjadi rumor politik dan memperkuat kepercayaan publik terhadap keseriusan pemerintah sebagaimana pidato presiden yang memang sangat serius," ujar dia.

Sebelumnya, Jokowi mulai mengeluarkan wacana reshuffle atau perombakan kabinet. Ancaman reshuffle ditujukan kepada menteri-menteri yang dianggap tidak bisa bekerja cepat dan extraordinary dalam penanganan pandemi Covid-19. 

Penanganan yang dimaksud tak hanya dari aspek kesehatan, tetapi juga kaitannya dalam perekonomian, dan penyaluran bantuan sosial. Tak hanya merombak kabinet, Jokowi juga menyatakan kemungkinan adanya pembubaran lembaga. 

Pernyataan Jokowi soal perombakan kabinet ini disampaikan dalam sambutan Sidang Kabinet Paripurna di Istana Negara, Kamis (18/6) lalu. Namun, video sambutan Presiden Jokowi dalam sidang kabinet tersebut diunggah pihak Istana Kepresidenan di media sosial pada Ahad (28/6). 

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement