Rabu 01 Jul 2020 05:03 WIB

Jenderal 'Sindikat' Seskoad 2000 dan Andika Sang Kutu Buku

Lulusan Seskoad 1999/2000 menghasilkan satu Jenderal dan 11 Letjen TNI.

KSAD Jenderal Andika Perkasa.
Foto: Dispenad
KSAD Jenderal Andika Perkasa.

REPUBLIKA.CO.ID, Oleh Selamat Ginting/Wartawan Senior Republika

Mayjen TNI (akan naik bintang tiga) Mochamad Effendi dan Letjen TNI R Wisnoe Prasetja Boedi, sama-sama lulusan Seskoad 2000, bersama Kepala Staf Angkatan Darat (KSAD) Jenderal Andika Perkasa. Bahkan, Andika tampil sebagai lulusan terbaik Seskoad pada tahun itu. Kini, Letjen Effendi membantu Andika dalam bidang pemeriksaan. Letjen Wisnoe membantu Andika sebagai pemasok kajian ahli para jenderal.

“Soal pendidikan, Jenderal Andika Perkasa memang perwira terbaik. Saat Seskoad saya bersama beliau. Saya baru belajar Bab I, Mayor Andika Perkasa sudah selesai baca Bab IV. Kutu buku dan pandai mengatur waktu. Wajar jika beliau menjadi lulusan terbaik Seskoad 2000. Tidak heran jika terpilih menjadi KSAD,” ungkap Inspektur Jenderal Kementerian Pertahanan (Irjen Kemenhan) Letjen Ida Bagus Purwalaksana kepada penulis, beberapa waktu lalu.

Sebagai sindikat. Bukan konotasi negatif, melainkan kelompok bersama dengan tujuan yang sama. Lulusan Seskoad 1999/2000, kini umumnya memegang posisi-posisi strategis di Angkatan Darat. Saat itu ada 393 perwira siswa, mayoritas lulusan Akmil 1984 hingga 1987. Namun, tidak semuanya berhasil menjadi perwira tinggi. Umumnya, kini terhenti pada pangkat Kolonel. Kolonel adalah pangkat tertinggi di korps.

Abituren Seskoad 1999/2000, antara lain: Jenderal Andika Perkasa, Letjen M Herindra, Letjen Ida Bagus Purwalaksana, Letjen Besar Harto Karyawan, Letjen AM Putranto, Letjen Joppye Onesimus Wayangkau, Letjen Tri Soewandono, Letjen Ganip Warsito, Letjen Wisnoe Prasetja Boedi, dan Letjen M Effendi. Termasuk yang sudah pensiun Letjen  Hinsa Siburian, dan Letjen Agus Kriswanto.

Beberapa dari mereka masih menjabat pangdam, seperti Pangdam I/Bukit Barisan Mayjen Irwansyah, Pangdam II/Sriwijaya Mayjen Irwan, Pangdam V/Brawijaya Mayjen Widodo Irsyansah, Pangdam IV/Diponegoro Mayjen Bakti Agus Fadjari, Pangdam IX/Udayana Mayjen Kurnia Dewantara, Pangdam Hasanuddin XIV/Mayjen Andi Sumangerukka, dan Pangdam XIII/Merdeka Mayjen Santos G Matondang. 

Termasuk mantan pangdam XVII/Cendrawasih Mayjen George E Supit dan Mayjen Josua Pandit Sembiring, Pangdam XVI/Pattimura Mayjen Marga Taufiq, dan mantan pangdam Udayana Mayjen Benny Susianto. Begitu juga dengan Kapuspen TNI Mayjen Sisriadi, serta Kapusziad Mayjen M Munib.

Sejumlah Letjen yang masih aktif, merupakan lulusan Seskoad 1998/1999, antara lain Kepala BNPB Letjen Doni Monardo, Kepala Staf Umum (Kasum) TNI Letjen Joni Suprianto, dan Wakil KSAD Letjen Fachruddin. Termasuk yang sudah pensiun Jenderal Mulyono, Letjen Tatang Sulaiman, Letjen Tri Legiono Suko, serta saudara kembar: Letjen Yoedi Swastanto dan Letjen Yoedi Swastono.

Mayjen yang sudah pensiun, di antaranya Mayjen Agung Risdhianto, Mayjen Wiyarto, Mayjen Komarudin Simanjuntak, dan Mayjen Dominicus Agus Riyanto.

Semua Letjen yang masih aktif, baik lulusan Seskoad 1998/1999 maupun 1999/2000, masih berpeluang menjadi jenderal bintang empat pada tahun ini ataupun 2021 mendatang.

Model baru

Seskoad (juga Seskoal, Seskoau, dan Sespimpol), menjadi syarat 'wajib' untuk menjadi Kolonel (atau Komisaris Besar Polisi). Jika tidak berhasil memasuki jenjang pendidikan tersebut, perwira menengah akan terseok-seok kariernya. Peluangnya menjadi Kolonel menjadi sangat tipis. Jadi, tidak usah heran, perwira lulusan Akmil pun mayoritas berhenti di pangkat Letnan Kolonel (Letkol). Bisa 10 hingga 15 tahun hingga pensiun dari dinas militer. Bahkan ada istilah yang tidak enak, PNS alias perwira nonsesko.

Kini, KSAD Jenderal Andika Perkasa mengubah itu. Pada tahun ini, ia membuat perubahan total. Memberikan kesempatan kepada Letkol yang tidak berhasil mengikuti Seskoad. Ia berikan kesempatan kepada abituren (lulusan) Akmil 1988A dan B, 1989, 1990, 1991, 1992, dan seterusnya. Untuk bisa melanjutkan pendidikan Seskoad (gaya baru).

“Bagi saya, anggap saja seperti jenjang pendidikan. Yang belum berkesempatan mengikuti pendidikan tinggi, saya beri kesempatan. Jadi yang belum mengikuti Seskoad dan masih ada sisa waktu pengabdiannya di TNI hingga lima tahunan, kami berikan peluang mengikuti Seskoad,” ujar Andika kepada penulis dalam wawancara khusus, baru-baru ini.

Jenderal Perkasa melanjutkan, jika para Letkol sudah mengikuti Seskoad, yang diuntungkan adalah organisasinya dalam hal ini TNI. Perumpamaannya, seperti instansi lainnya akan diuntungkan jika pagawai atau karyawannya berlatar belakang pendidikan sarjana ataupun magister.

Maka, lulusan Seskoad Juni 2020 lalu, terdiri atas perwira siswa tertua, lulusan Akmil 1988, dan termuda lulusan Akmil 2006. Pendidikannya dipersingkat menjadi enam bulan. Sehingga, dalam satu tahun menghasilkan dua gelombang lulusan. Begitulah cara Andika Perkasa, abituren Akmil 1987, mengangkat derajat para Letkol untuk bisa menjadi kolonel. Baik lulusan Akmil maupun Sekolah Perwira (Sepa) dari sumber sarjana.

“Saya tidak ingin mereka jadi tidak bersemangat lagi. Bahkan putus asa. Kerjanya pun asal-asalan sambil menunggu pensiun 58 tahun. Ini secara psikologis juga merugikan Angkatan Darat. Kini mereka akan menjadi Kolonel dengan energi baru, dan semangat baru,” pungkas KSAD, semringah.     

Ini bukan seperti film Pacar Ketinggalan Kereta, melainkan Letkol sepuh naik kereta senja menuju Bandung penuh harapan...

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement