Rabu 01 Jul 2020 06:22 WIB

Adab Islam tentang Berbisik-Bisik

Adab berbisik-bisik ditegaskan Allah dalam Alquran Surat An-Nisa ayat 114.

Rep: Muhyiddin/ Red: Ani Nursalikah
Adab Islam tentang Berbisik-Bisik
Foto: pxhere
Adab Islam tentang Berbisik-Bisik

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Islam mengajarkan pengikutnya beradab dalam menjalani kehidupannya. Di antara adab Islam adalah dengan tidak berbisik-bisik. Hal ini telah ditegaskan Allah dalam Alquran Surat An-Nisa ayat 114 dalam hadits Nabi.

Allah berfirman, “Tidak ada kebaikan pada kebanyakan bisikan-bisikan mereka, kecuali bisikan-bisikan dari orang yang menyuruh (manusia) memberi sedekah, atau berbuat makruf, atau mengadakan perdamaian di antara manusia. Dan barang siapa yang berbuat demikian karena mencari keridhaan Allah, maka kelak Kami memberi kepadanya pahala yang besar.” (An-Nisa: 114).

Baca Juga

Dalam buku Tafsir Wanita: Penjelasan Terlengkap Tentang Wanita dalam Alquran, Syekh Imad Zaki Al-Barudi juga menjelaskan hadits yang disebutkan dari Ibnu Umar bahwa Rasulullah berabda, “Jika ada tiga orang, maka janganlah dua diantaranya berbisik-bisik dan meninggalkan yang satu.” (HR. Bukhari dan Muslim dari hadits Abdullah bin Umar).

Berdasarkan hadits tersebut, menurut Syekh Imad Zaki, ada empat pendapat. Pertama, apa yang disebutkan dalam hadits itu menunjukkan bisik-bisik di antara dua orang, sedangkan yang ketiga tidak diikutkan, maka tindakan semacam ini hanya akan membuat orang ketiga sedih. Tindakan tersebut sangat berbahaya. Sedangkan sesuatu yang berbahaya itu tidak mungkin bisa dihapuskan.

Pendapat kedua, sesungguhnya apa yang dijelaskan dalam hadits tersebut terjadi di awal-awal Islam, di mana saat itu manusia terdiri dari orang-orang mukmin, kafir, munafik, dan mukhlis. Ketika Islam telah meluas, maka hal itu tidak dianggap berlaku lagi.

Pendapat ketiga, sesungguhnya apa yang dijelaskan dalam hadits tersebut hanya berlaku pada saat berada dalam perjalanan, di mana seseorang kemungkinan menyangka dia akan ditipu dan dia tidak bisa membela diri

Pendapat keempat, sesungguhnya perilaku seperti itu adalah sebagai gambaran dari akhlak yang baik. Ini kembali pada pendapat yang pertama. Namun, yang benar adalah; larangan itu tetap berlaku baik dalam perjalanan atuapun tidak dalam perjalanan.

Adapun dalilnya adalah sebuah hadits yang menyebutkan itu kemungkinan ‘akan membuatnya sedih’. Juga karena Ibnu Umar pernah berjalan dengan Abdullah bin Dinar, tiba-tiba ada seorang lelaki ingin berbicara dengannya, maka dia memanggil orang keempat, kemudian orang itu dia tempatkan bersama Abdullah bin Dinar pada saat orang itu berbicara dengannya.

 

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement