Rabu 01 Jul 2020 17:30 WIB

Penjualan Kain Tenun Donggala Anjlok Akibat Covid-19

Salah satu sektor usaha yang mendapat ujian bertubi-tubi adalah usaha kain tenun.

Rep: Antara/ Red: Erik Purnama Putra
Perajin menyelesaikan pengerjaan pesanan kain tenun (ilustrasi).
Foto: ANTARA/Rony Muharrman
Perajin menyelesaikan pengerjaan pesanan kain tenun (ilustrasi).

REPUBLIKA.CO.ID, PALU -- Distribusi produk kain tenun Donggala dari sentra-sentra produksi ke sejumlah distributor di Kota Palu, Sulawesi Tengah, terpaksa dihentikan karena anjloknya pasar kain tenun di daerah itu akibat pandemi Covid-19. "Imbas Covid-19 stok menumpuk, pasokan kain Donggala dari daerah seperti songket subi kami stop untuk sementara," kata Ketua Asosiasi Tenun Donggala, Imam Basuki di Kota Palu menanggapi kondisi pasar tenun pada masa pandemi Covid-19 pada Rabu (1/7).

Imam mengatakan, salah satu sektor usaha yang mendapat ujian bertubi-tubi adalah usaha tenun. Pasalnya, belum pulih akibat bencana gempa pada 28 September 2018, kini didera lagi dengan bencana nonalam, yaitu Covid-19.

Imam mengatakan, penjualan kain tenun Donggala turun drastis sebab pasar potensial yang diharapkan paling besar bersumber dari kunjungan orang ke Palu. "Tapi tak kunjung tiba karena penutupan bandara dan protokol kesehatan yang ketat," katanya.

Menurut Imam, pada masa kenormalan baru ini, situasi mulai beranjak berubah meskipun masih sangat jauh dari kondisi normal yang omzet penjualan bisa mencapai Rp 15 juta sampai Rp 20 juta per hari. "Sekarang omzet sudah ada Rp 1 juta per hari, tapi itu hanya untuk dipakai kebutuhan dan makan sehari-hari saja," katanya.

Imam mengatakan, khusus sentra penjualan kain dan tenun Donggala di Jalan Mangga, Kota Palu, sangat terpukul setelah kawasan itu masuk zona merah Covid-19.

Sementara pelaku bisnis Batik Bomba mengaku, belum ada perubahan mendasar dari diberlakukannya pengetatan jarak sosial ke situasi normal baru. "Masih seperti waktu awal corona itu. Masih untung kalau dalam sehari ada yang terjual satu," kata pemilik usaha Batik Bomba Adi Pitoyo.

Menurut Adi, pelaku usaha batik mengalami keterpurukan sejak awal pandemi Covid-19. Dia mengatakan dampaknya masih terus dirasakan hingga saat ini karena banyak pelanggan khususnya dari instansi pemerintah yang membatalkan pesanannya. "Katanya anggaran untuk itu dialihkan untuk penanganan Covid-19. Semua order beberapa bulan sebelumnya dibatalkan," kata Adi.

Adi mengatakan, salah satu pangsa pasar Batik Bomba miliknya adalah para tamu dari luar daerah dan instansi pemerintah. Namun karena tidak adanya tamu yang masuk ke Palu karena corona, membuat penjualan Batik Bomba menurun. "Dulu hampir setiap hari ada tamu dari luar daerah pasti datang belanja untuk oleh-oleh, sejak Covid-19 tidak ada lagi tamu penjualan juga anjlok," katanya.

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement