Rabu 01 Jul 2020 17:48 WIB

Covid-19 Tingkatkan Anak-Anak Alami Masalah Gizi

Saat ini, lebih 7 juta anak Indonesia di bawah usia 5 tahun mengalami stunting.

Rep: Antara/ Red: Erik Purnama Putra
Tim Dokter Dompet Dhuafa memasangalat deteksi cepat pengukuran gizi pada anak balita (ilustrasi).
Foto: ANTARA/ampelsa
Tim Dokter Dompet Dhuafa memasangalat deteksi cepat pengukuran gizi pada anak balita (ilustrasi).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Fasilitas kesehatan yang terbebani, rantai pasokan makanan yang terganggu, dan hilangnya pendapatan karena Covid-19 dapat menyebabkan peningkatan tajam dalam jumlah anak-anak yang mengalami masalah gizi di Indonesia, kecuali jika tindakan cepat diambil, kata Unicef.

"Covid-19 memukul keluarga yang paling rentan," kata Perwakilan Unicef atau Dana Anak-Anak Perserikatan Bangsa-Bangsa, Debora Comini dalam siaran di Jakarta, Rabu (1/7).

Menurut Debora, jika pemerintah tidak segera meningkatkan layanan pencegahan dan perawatan untuk anak-anak yang mengalami masalah gizi, Indonesia berisiko melihat peningkatan penyakit dan kematian anak,

Dia menuturkan, sebelum pandemi Covid-19, Indonesia sudah menghadapi masalah gizi yang tinggi. Saat ini, lebih dua juta anak menderita gizi buruk dan lebih dari tujuh juta anak di bawah usia 5 tahun mengalami stunting.

Estimasi Unicef baru-baru ini menunjukkan, dengan tidak adanya tindakan yang tepat waktu, jumlah anak yang mengalami wasting atau kekurangan gizi akut di bawah 5 tahun dapat meningkat secara global sekitar 15 persen tahun ini akibat pandemi Covid-19.

Hal itu berarti ada peningkatan risiko wasting, suatu kondisi yang ditandai dengan berat badan rendah jika dibandingkan dengan tinggi badan, juga di Indonesia banyak keluarga yang kehilangan pendapatan rumah tangga sehingga menjadi kurang mampu membeli makanan sehat dan bergizi untuk anak-anak mereka.

Pada saat yang sama, menurut Debora, ada banyak bukti yang menunjukkan anak-anak yang mengalami wasting akan lebih cenderung mengalami stunting, tinggi badan yang rendah untuk usia mereka, dan dapat mengakibatkan lebih banyak anak stunting di negara ini.

Anak-anak dengan stunting dan wasting rentan terhadap gangguan perkembangan jangka panjang. Anak-anak yang menderita wasting memiliki kekebalan tubuh yang lemah dan menghadapi hampir 12 kali peningkatan risiko kematian dibandingkan anak-anak dengan gizi cukup, terutama ketika wasting sangat parah.

Jika dampak stunting tidak dapat dikembalikan, dan hanya dapat dicegah, wasting dapat dicegah dan diobati. Ketika pencegahan gagal, pengobatan harus tersedia secara rutin dan dapat diakses. Debora menyebut, deteksi dini wasting anak adalah kunci keberhasilan pencegahan dan pengobatan.

Pengukuran sederhana lingkar lengan atas anak menunjukkan apakah seorang anak membutuhkan dukungan gizi tambahan. Seringkali, solusi berbasis rumah yang sederhana termasuk obat-obatan dasar dan konsumsi makanan terapi yang siap santap, adalah solusi yang diperlukan bagi seorang anak untuk menjadi sehat kembali.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement