Kamis 02 Jul 2020 06:49 WIB

Suasana Saat Seorang Muslim Dicabut Nyawanya

Malaikat akan turun membawa kain kafan saat Muslim meninggal dunia.

Rep: Rossi Handayani/ Red: Muhammad Hafil
Suasana Saat Seorang Muslim Dicabut Nyawanya. Foto ilustrasi: Kematian (ilustrasi)
Foto: Dailymail.co.uk
Suasana Saat Seorang Muslim Dicabut Nyawanya. Foto ilustrasi: Kematian (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Seorang hamba mukmin setelah berpisah dari dunia akan melalui perjalanan ke atas langit. Setiap kali kelompok malaikat langit melihat, akan ditanyakan mengenai ruh hamba tersebut.

Dikutip dari buku Ad-Daa wad Dawaa karya Ibnu Qayyim al-Jauziyyah, di dalam Al-Musnad, dari al-Bara bin Azib, Nabi berkata, "Ketika seorang hamba Mukmin menghadapi saat-saat berpisah dari dunia dan menghadap ke akhirat, turunlah kepadanya para Malaikat yang berwajah putih dari langit. Wajah mereka seperti matahari.

Baca Juga

Mereka membawa sebuah kafan dan hanuth (salah satu jenis minyak wangi yang biasanya digunakan untuk kafan dan jasad orang yang telah meninggal) dari Surga. Mereka lalu duduk di sekitarnya sejauh mata memandang.

Selanjutnya, datanglah Malaikat maut. Ia duduk di sisi kepalanya dan berkata, 'Keluarlah, wahai jiwa yang tenang. Keluarlah menuju ampunan dan keridhaan Allah'. Jiwa itu pun mengalir keluar seperti aliran tetesan air dari mulut bejana, kemudian Malaikat maut segera mengambilnya.

Saat Malaikat maut mengambilnya, para Malaikat yang lain tidak membiarkan jiwa tersebut berada di tangannya walaupun hanya sekejap. Mereka segera mengambil dan meletakkannya di kafan dan hanuth  hingga keluar dari jiwa tersebut bau harum seperti bau minyak kesturi terwangi yang ada di bumi.

Mereka lalu membawanya naik. Setiap kali melewati sekelompok Malaikat langit, mereka selalu ditanya: 'Siapakah roh yang baik ini?' Mereka menjawab: 'Fulan bin Fulan', dengan menyebutkan nama terbaiknya sewaktu di dunia. Hingga akhirnya, mereka sampai ke langit dunia.

Mereka pun meminta agar pintu langit dibukakan untuk jiwa tersebut, lalu dibukalah pintu itu untuknya. Malaikat Muqarrabun di langit tersebut turut mengantarkannya hingga ke langit selanjutnya. Demikianlah seterusnya hingga langit ke tujuh.

Kemudian, Allah Azza wa Jalla berkata: 'Catatlah kitab amal hamba-Ku dalam Illiyyin dan kembalikanlah ia ke bumi. Karena Aku menciptakan mereka dari tanah, Aku pun mengembalikan mereka ke tanah pula, juga darinya akan Aku keluarkan mereka pada kali yang lain'".

Nabi Shallallahu alaihi wa sallam melanjutkan, "Maka ruhnya dikembalikan ke bumi. Setelah itu, datang dua Malaikat kepadanya. Keduanya mendudukkan hamba tadi dan bertanya kepadanya: 'Siapa Rabbmu?' 'Rabbku adalah Allah', jawabnya. 'Apa agamamu?' tanya kedua Malaikat tersebut. 'Agamaku adalah Islam'. 'Siapa laki-laki ini, yang diutus kepada kalian?' 'Dia adalah Muhammad Rasulullah'. 'Apa ilmumu?' 'Aku membaca Kitabullah. Aku pun mengimani dan membenarkannya'.

Tiba-tiba, terdengarlah panggilan dari langit: 'Hamba-Ku benar. Bentangkanlah untuknya permadani dari Surga, berilah ia pakaian dari Surga, dan bukakanlah satu pintu menuju Surga untuknya'".

Nabi Shallallahu alaihi wa sallam melanjutkan, "Ia mendapatkan sebagian kesenangan dan keindahan Surga, serta kuburnya dibentangkan sejauh mata memandang. Selanjutnya, datanglah seseorang yang bagus paras wajahnya, indah bajunya, serta wangi baunya.

Orang itu berkata: 'Bergembiralah dengan berita baik untukmu. Inilah hari yang dahulu dijanjikan kepadamu'. Ia bertanya: 'Siapakah engkau? Wajahmu membawa kebaikan'. Orang tadi menjawab: 'Aku adalah amal shalihmu'. Ia lalu berkata: 'Wahai Rabbku, segerakanlah Kiamat, segerakanlah Kiamat, hingga aku dapat kembali ke keluarga dan hartaku'".

 

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement