Kamis 02 Jul 2020 08:41 WIB

Pahala Berobat

Berobat selain sebagai ikhtiar, termasuk juga bagian dari tawakal.

Red: Irwan Kelana
Warga melakukan proses berobat sakit menggunakan kartu sehat berbasis nomor induk KTP Kota Bekasi, di salah satu Puskesmas, di Bekasi, Jawa Barat, Sabtu (7/12/2019).
Foto: Antara/Risky Andrianto
Warga melakukan proses berobat sakit menggunakan kartu sehat berbasis nomor induk KTP Kota Bekasi, di salah satu Puskesmas, di Bekasi, Jawa Barat, Sabtu (7/12/2019).

REPUBLIKA.CO.ID, Oleh Dr Syamsul Yakin MA

Pahala berobat tentu adalah akan disembuhkan oleh Allah SWT, seperti firman-Nya, “Dan apabila aku sakit, Dialah yang menyembuhkan aku.” (QS. al-Syu’ara/26: 80). Berobat sejatinya hanyalah ikhtiar. Yang menyembuhkan bukanlah obat, namun Allah SWT. Penyakit itu sendiri hanyalah makhluk yang tidak lebih digdaya ketimbang  kita.

Oleh karena itu, Nabi SAW berseru, “Maka berobatlah kalian, dan jangan kalian berobat dengan yang haram.” (HR. Abu Daud). Di antara yang haram misalnya khamar. Nabi SAW memberi informasi, “Khamar itu bukanlah obat, namun ia adalah penyakit.” (HR. Muslim). Berobat bisa dengan madu yang rasanya manis, lezat, dan halal.

Nabi SAW bersabda, “Hendaklah kalian menggunakan dua obat, yaitu madu dan Alquran,” (HR. Ibnu Majah). Madu adalah obat untuk fisik, sedangkan Alquran adalah obat bagi yang sakit fisik dan juga psikis. Allah SWT berfirman, “Dan Kami turunkan dari Alquran  suatu yang menjadi penawar.” (QS. al-Isra’/17: 82).